Tikus Amerika vs Tikus Kampung


Obrolan / Monday, January 16th, 2012

RIP- our mouse, Mr. Luke Skywalker 2009 – 2011. He was a good mouse and a great friend to Natalya

 

Itulah sepenggal status Facebook  Lisa,  adikku yang bermukim di Amerika Serikat pagi ini.  Tertawa geli rasanya, karena Luke yang “meninggal” hanyalah seekor tikus putih peliharaam putrinya. Tadi pagi saya sempat menelpon Lisa dan berbicara dengan Natalya, putri kecilnya yang berumur tujuh tahun. Dengan suara yang lemah dan sedikit isak tangis, bule kecil itu mengatakan : Ibuk. My mouse was passed away yesterday.  Agak absurd dan terdengar lucu, Saya pun bingung mau merespon bagaimana,  dia juga hanya menjawab “yes.. ketika saya bertanya: are you sad?  Saya sendiri sebenernya kurang paham apa padanan kata “passed away” alias wafat cocok digunakan untuk seekor tikus? Entahlah…

Lain di Amerika, lain di Indonesia.. Musim hujan dengan kondisi cuaca yang sangat tidak  menentu membuat lingkungan rumah rawan akan penyakit. Minggu lalu saya melakukan pembasmian tikus besar-besaran di rumah saya di Bogor.  Meski saya senang bebersih rumah dan benci dengan kejorokan, pengerat yang satu ini masih saja sering eksis tanpa dosa dan menggerogoti apapun yang ada di dapur.  Bukan hanya makanan tetapi juga beberapa jenis wadah wadah plastik.  *Hmmm, gak tau rasa plastik gimana, belom nyoba.. Enak kalii yee.. * Kerugian material itu kadang tidak sebanding dengan kotorannnya yang sering juga sering nangkring di bagian belakang rumah.  Duh, rasanya benciiiiiiiii banget sama hewan yang satu ini.

Berbekal racun tikus berwarna hijau metalik yang saya beli di pasar Bogor, “perang” ini pun dimulai.  Sengaja saya pilih racun dibanding jebakan tikus yang bisa membuat kita dengan mata kepala sendiri melihat si tikus menjadi pesakitan.  Saya meletakkan “barang berbahaya” tersebut di beberapa tempat strategis yang diyakini sering dilalui tikus-tikus. Racun menyerupai makanan itu, rupanya menarik perhatian para tikus, terbukti dalam beberapa hari tanda-tanda “kedatangan” mereka tidak saya temui lagi. Namun jeleknya, ada “korban” yang terkapar alias tewas dengan sukses di  tempat tempat tertutup yang akhirnya menimbulkan aroma yang sangat luar biasa. Haduuh, binatang ini memang keparat.. Hidup ngerepotin, mati lebih ngerepotin. Saya  yang dasarnya sangat takut dan jijik sama hewan ini (jangankan yg sudah jadi bangkai, yang masih bernyawa aja sangat menyeramkan buat saya), sempet bingung bagaimana membuang jenazah tikus itu.  Untunglah di komplek saya ada seorang bapak tua yang sangat multitasking alias bisa dimintain tolong untuk mengerjakan apapun, termasuk membersihkan bangkai tikus ini.  Thank God.

Nun jauh di Amerika sana, keponakan saya menangis sesegukan melepas kepergian tikusnya. Walau jenis tikusnya berbeda, disini saya tertawa bahagia karena berhasil membuat tikus-tikus saya pergi. Anomali sekali. Mungkin juga yang di Amerika itu tikus bule, jadi wajar kalau disayang-sayang. Sementara yang disini tikus kampung, jelek, item dan bau, jadi wajar kalau dimusnahkan. Hihihi.. Apapun itu, yang jelas rumah saya untuk sementara bebas tikus. Gak tau juga, kalau di habitat aslinya mereka sedang melakukan regenerasi dan berniat melakukan penyerangan kembali.  Let See… 😀

 

Hits: 910
Share

2 Replies to “Tikus Amerika vs Tikus Kampung”

  1. Nipi = Natalya ? *baru tau*

    Gimana klu ganti kucing aja? Biasana lebih umur panjang drpd tikus, kecuali takdir berkata lain. * hugging nipiiii*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *