Di pertengahan tahun ini, saya dikontak oleh seorang teman yang menawarkan sebuah pekerjaan menulis buku. Mulanya saya pikir, ini pekerjaan sambilan biasa, karena saya –yang suka gak pede ini– yakin kalau fungsi saya di pekerjaan itu hanya supporting. Sampai akhirnya saya bertemu dengan Devi, National Project Manager R2C3, Bappenas UNDP yang menyatakan “serius” ingin meminang saya untuk pekerjaan ini sebagai penulis inti. Tidak ada seleksi, tidak ada tes ini itu. Devi dan timnya hanya mendengar nama saya dari rekomendasi beberapa teman BRR bahwa saya mampu untuk pekerjaan ini. Agak kaget setelah mendengar penjelasannya. Ternyata ini adalah pekerjaan cukup besar. Kok mereka percaya-percaya aja gitu sama gw, yah? Padahal belum kenal secara pribadi, tidak pernah liat CV saya. Hanya dari obrolan “head hunter” dadakan teman-teman saya. Akhirnya saya mem-pede-kan diri untuk menerima pekerjaan ini. Karena materinya tentang pekerjaan saya di Aceh dulu, karena saya mencintai Aceh dan saya percaya cinta selalu membuat yang tidak bisa menjadi bisa, yang tak kuasa menjadi kuasa. 🙂
UNDP juga menginginkan muatan buku ini lebih dalam dan sedikit berbau “scientist”. UNDP kemudian berinisiatif; saya dengan pengetahuan materi tulisan “dikolaborasikan” dengan Dr Yanuar Nugroho. Seorang akademi “lokal” yang mengajar di Universitas Manchester, UK dan banyak berkiprah di bidang teknologi dan sosial di Eropa. Ini satu lagi blessing in disquise buat saya. Sedikit berkilas balik, awal 2012 saya bertemu Mas Yan, demikin beliau biasa akrab dipanggil di UKP4, kantor saya. Beliau memberi pencerahan dan masukan untuk pekerjaan kami kala itu. Waktu yang singkat itu (satu hari) membuat saya begitu “terpesona” akan kedalaman pengetahuan dan cara beliau membaginya. Terbersit sedikit pikiran, andai suatu saat bisa bekerja sama dengan beliau. Ternyata pikiran itu doa yang beberapa bulan setelahnya benar-benar menjadi kenyataan. Lebih nyata lagi, karena akhirnya beliau pindah ke Indonesia dan bekerja di kantor yang sama dengan saya. Woott!!
Buku ini bercerita tentang bagaimana sebuah aplikasi berbasis internet bernama RANDatabase mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah dengan ratusan organisasi lokal dan dunia yang bekerja di Aceh pasca tsunami. Saya bersama Mas Yan mencoba menyajikan sebuah pembelajaran bahwa sebuah aplikasi tidak hanya sebuah “mesin” kaku yang berpendar di layar computer. Tetapi juga memainkan peranan fungsi sosial yang menyatukan banyak pihak. Banyak hikmah yang dipetik, yang bisa digunakan untuk penerapan aplikasi serupa tidak saja pada kondisi bencana tetapi juga kondisi normal.
Buku ini memang secara “harfiah” bukan buku saya, kepemilikannya ada di Bappenas. Tetapi bagi saya ini satu portofolio baru dan pembuktian kalau saya bisa selangkah lebih maju tidak cuma menulis blog curhatan *gak penting. Sekali lagi, bertepatan dengan momentum 8 tahun tsunami (26 Desember 2012); saya bangga pernah menjadi bagian dari perubahan Aceh, perubahan menjadi lebih baik.
[…] proyek dari World Bank. Buku kedua masih tentang Aceh (teteuppp ya, booo.). Silakan diliat di tautan ini. Ini adalah milestone penting bagi saya. Akhirnya, saya bisa punya sesuatu (untuk Aceh) dan […]
[…] untuk menyelesaikan setumpuk pekerjaan atau sekedar menulis untuk blog ini. Tahun lalu, saya sempat menulis satu buku yang jika dihitung-hitung lebih dari 50% isi buku itu saya selesaikan di warung kopi. […]
[…] warung kopi sendirian untuk menyelesaikan setumpuk pekerjaan atau menulis untuk blog. Tahun lalu, saya sempat menulis satu buku yang jika dihitung-hitung lebih dari setengah isi buku diselesaikan di warung […]