Mencintai Nusantara bersama Etniqa


Obrolan / Saturday, February 10th, 2018

Tahun lalu, saya sempat berkunjung ke sebuah desa bernama Desa Salem tepat di Kaki Pegunungan Lio yang ditempuh hampir 3 jam dari Pusat Kota Brebes. Disini ada sekelompok Ibu-Ibu yang membatik sepulang dari sawah dengan menggunakan bahan-bahan yang sangat alami. Motif batiknya unik dan konvensional dengan warna natural tanpa sentuhan pabrik. Temanya pun diangkat dari keseharian masyarakat Brebes. Semuanya membuat batik dari Desa Salem kaya akan tradisi dan budaya.

Konon, batik memang selalu identik dengan kearifan lokal. Motifnya sering mencerminkan falsafah, makna bahkan cerita-cerita kehidupan. Seperti juga kain Tapis Lampung yang dipercaya bermakna penyelaras kehidupan baik terhadap lingkungan maupun Sang Pencipta Alam Semesta.  Di beberapa daerah si Sulawesi Selatan, motif kain tenun sutra yang kerap mereka gunakan, sering menjadi simbol kasta di masyarakat. Beda lagi di Tanah Batak, ulos selalu dilibatkan dalam upacara adat. Ulos memiliki ragam motif yang mengandung makna berbeda dan digunakan pula dalam kesempatan berbeda. Di Sumatera bagian Selatan, songket bahkan bisa menjadi investasi karena pembuatannya yang rumit dan materinya yang langka dan mahal.

Itu baru beberapa daerah, bagaimana dengan seluruh Indonesia? Jangan tanya jenisnya, apalagi motifnya pasti sudah tidak terhitung lagi.

Lucunya, dulu batik sempat identik dengan acara-acara resmi saja. Melihat Bapak-bapak berbaju batik dengan rapih, ada saja yang bertanya; “mau kondangan kemana, pak?” Tapi masa berevolusi, batik kini sudah jadi pakaian segala suasana bagi semua usia dan hampir semua suasana. Model-modelnya kian trendy dan kekinian. Kawula muda pun tidak segan lagi berbaju batik di berbagai kesempatan. Motifnya pun kini sudah banyak diambil dan diadaptasi untuk produksi yang lebih massal.

Meskipun kian umum digunakan sehari-hari, ternyata seperti barang tekstil pada umumnya, selalu ada rentang harga yang dilihat dari kualitas, motif, cara pembuatan bahkan kelangkaan. Selain buat kolektor segmen ini juga sekarang makin meluas. Rasanya kan lebih bangga kalau batik atau tenun yang kita kenakan berbeda dari kebanyakan. Apalagi kalau kualitasnya terhitung premium.

Nah, kalau biasanya kita hunting dari toko ke toko, sekarang ada Etniqa.Com. Online atau Market Place yang fokus kepada pengembangan pasar produk etnik, khususnya bahan kain tradisional Indonesia seperti batik, tenun, songket, ulos dan produk jadi yang menggunakan kain-kain tersebut. 
Meskipun baru berdiri tahun lalu, Etniqa kini sudah menggandeng puluhan mitra produsen maupun seller kain-kain lokal yang memiliki konsen yang tinggi pada detail setiap produksi mereka.

 

Kata pendirinya, Mbak Eka Budiana; Etniqa lahir dari sulitnya mencari referensi budaya Indonesia yang akurat dari sumber yang kredibel, khususnya kain tradisional Indonesia. 
Katanya lagi, pengetahuan tentang produk yang dijual dari para pengerajin atau produsen masih lemah, ditambah Tidak banyak pembeli yang mengetahui produk etnik kain tradisional misal dari sisi cara pembuatan, motif dan asal daerah. 


Intinya Etniqa hadir bukan hanya menjual kain saja, tapi sebagai sebuah wadah buat belajar banyak tentang kain nusantara. Etniqa percaya selalu ada cerita dibalik selembar kain. Etniqa ingin membawa kita melihat Indonesia dari sisi berbeda, berbelanja sekaligus melihat keragaman Indonesia dari kain-kainnya yang indah. Etniqa juga terus bergerak agar lebih banyak lagi menghimpun para pengerajin di daerah yang pemasarannya masih terbatas.

Mendukung Etniqa sama artinya dengan mendukung pengembangan kreativitas bangsa. Yuk…

 

Hits: 549
Share

5 Replies to “Mencintai Nusantara bersama Etniqa”

  1. ini keliatannya hi class bahannya ya kak….

    haha bener.. batik udah ga kayak dulu. dulu masak aku kalo pake batik malu. kek orang tua. pas kuliah, pas udah ditetapkan kalo batik jadi warisan budaya indonesia, malah suka ngiri sama temen2 yang tiap hari gonta ganti batik. ahahaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *