Dunia yang Kebetulan


Obrolan / Sunday, January 29th, 2017

Kalau dipikir-pikir banyak yang lucu dalam hidup saya. Semua seperti sebuah kebetulan, tepatnya kebetulan yang membawa berkah. Ya, mungkin hidup saya tidak tertata apik seperti sekelompok orang. Padahal, sebagai seorang yang cukup well educated, hidup saya itu seharusnya lurus-lurus saja. Sekolah, kuliah, bekerja, punya karir yang menanjak terus, menikah lalu pensiun dengan bahagia. Dan saya yakin 80% orang di dunia ini menghendaki proses yang demikian. Tapi, saya beda (dan pasti bukan saya saja), karena hidup saya selalu penuh kejutan dan mungkin kebetulan. Eh, tapi apa bener semua itu serba kebetulan? Katanya selembar daun yang jatuh pun Tuhan tahu, jadi apa benar semua ini kebetulan?!

Titik balik kehidupan saya, adalah saat saya nekad pindah ke Aceh pada 2007. Menerima tawaran pekerjaan yang tidak pernah saya duga apalagi inginkan. Pindah ke daerah yang sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Boro-boro sampai di ujung Sumatera yang baru saja dilanda tsunami besar, daerah konflik perang dan memiliki budaya yang saya sungguh tidak paham sebelumnya,- kerja di luar Jakarta pun tidak pernah ada dalam benak saya. Meskipun waktu itu saya galau dan gamang cukup lama untuk memutuskan, akhirnya berangkat juga. Entah angin dan inspirasi apa yang membawa ke keputusan itu. Padahal di Jakarta, saya bekerja di perusahaan cukup besar dan menjanjikan karir manis manja. Ah, mungkin kebetulan? Entahlah, namun Aceh adalah turning point terpenting bagi saya dan kehidupan setelah itu. Makanya, jangan heran di blog ini selalu ada bagian khusus buat Aceh.

Aceh membawa banyak perubahan paradigma dalam diri Saya. Paradigma tentang hidup, kehidupan spritual, kedewasaan berpikir, memberi cerita cinta (accidently in love..hmm..), jatuh bangun, susah senang dan tentu saja menjadi bagian terbesar dalam lika liku pekerjaan saya. Lebih luas lagi, dari Aceh-lah saya menemukan sahabat-sahabat terbaik sebagai keluarga baru yang akan selalu dan selamanya ada di kehidupan saya. Tidak itu saja, dalam kehidupan sehari-hari, Aceh pun memberi pengaruh besar, sampai-sampai minum kopi pun saya belajar dari Aceh. Asal tahu saja, dulunya saya anti dengan kopi. Bisa gemetar seharian kalau minum secangkir kopi.

Blog yang saat ini kalian baca pun adalah buah dari saya bekerja di Aceh. Begitu banyak cerita yang ingin saya tuliskan hingga akhirnya saya belajar teknologi internet dan mulai menulis online. Gara-gara itu, selepas Aceh saya nekad lagi mengambil Magister Manajemen Sistem Informasi. Jauhhh sekali dari S1 saya di Fakultas Perikanan dan Kelautan. Dan tau gak sih, gara-gara blog ini lah, beberapa tahun terakhir hidup saya juga mulai bergeser. Kok bisa? Lanjut baca dulu ya…

Setelah dari Aceh saya sempat merasakan bekerja di Istana Kepresidenan di masa Presiden SBY. Lagi-lagi bisa masuk ke pusat pemerintahan ini karena jaringan dari pekerjaan di Aceh. Awalnya saya tidak nyaman disini, bekerja dengan pelajaran tambahan ilmu politik, pemerintahan dan birokrasi yang dulu sangat sangat saya benci. Namun semua berjalan sebaliknya, saya mulai mengenal birokrasi, punya hubungan baik dengan banyak Pemda dan mulai merasa saya harus punya kontribusi bagi negara ini bukan cuma mencaci maki Pemerintah. Mungkin cuma kebetulan. Eh, tapi apa ini kebetulan juga atau tidak, ternyata pengetahuan dan jaringan dari sanalah yang kemudian membuka jalan saya ke dunia yang sekarang.  

 

Setelah dari Istana, saya sempat “mampir”  dengan mudah ke sebuah bank terbesar di tanah air. Lagi-lagi kok bisa? Bisalah, soalnya yang merekomendasikan juga salah satu atasan saya di Aceh dulu. Tidak merasa berkembang di disana saya nekad lagi, keluar dari karyawan bank yang hidupnya sangat rapih dan tertata apik. Pergi pagi, pulang menjelang malam rutin selama lima hari dalam seminggu. Itu tentu saja belum termasuk lembur-lembur cantik hingga malam atau hari libur. Banyak yang bertanya, kenapa saya mau masuk ke bank yang penuh rutinitas (menjemukan). Hemmm, jawabnya; saya ingin hidup saya (kembali) seperti orang pada umumnya. Bekerja di perusahaan besar, gaji lumayan, semua ditanggung dan kemudian pensiun dengan damai. Tapi akhirnya, saya berani juga (menurut sebagian orang super berani), keluar dari zona super nyaman (yang sebenarnya tidak nyaman), cuma bermodal menulis blog saja dasarnya!

Ya, akhirnya dari blog yang saya kenal tak sengaja di Aceh, saya melanjutkan S2 di bidang yang sesuai. Dari sini saya kenal banyak orang, belajar banyak ilmu baru dan ternyata semua pada akhirnya bisa saya kombinasikan dengan pengalaman-pengalaman “kebetulan” saya yang lain.  Singkat cerita, jadilah saya dan beberapa teman merintis Kamadigital.com. Sebuah start up yang misinya ingin membantu stakeholders pariwisata nasional khususnya Pemerintah Daerah mempromosikan potensi wisatanya dalam format-format digital. Kenapa sasarannya Pemda saat banyak orang menghindari berurusan dengan pemerintah? Nah disitulah peluangnya! Jujur, Saya tidak punya ilmunya, semua berjalan sendiri. Modal dasar kenal banyak orang, senang dan mau membantu pengembangan pariwisata lokal dan sedikit tahu birokrasi pemerintah (gara-gara pernah bergulat dengan Pemda di pekerjaan sebelumnya) yang selama ini justru banyak dijauhi pekerja seperti saya.

Senangnya lagi, saat ini saya bekerja sama dengan teman-teman sejiwa yang asyik. Tidak mungkin kan saya bekerja sendiri. Dan semuanya adalah teman-teman yang bertemu kebetulan. Kebetulan kenal dari teman, kebetulan saya nonton tayangan youtube-nya. Kebetulan kenal di sebuah acara, dan kebetulan-kebetulan lain yang sama sekali tidak pernah saya duga. Seperti jodoh bukan dijodohkan, semua mengalir begitu saja.

Betul, ini memang belum apa-apa. Di depan perjuangan hidup masih panjang. Tantangan masih menghadang. Tapi saya yakin, masih ada “kebetulan kebetulan” lain yang luar biasa.  Kita memang bisa mengatur dan merencanakan hidup ini dengan cara terbaik, tetapi jangan terlalu  ketat juga seperti absen kantor. Banyak hal yang bisa dibiarkan berjalan mengalir seperti air sungai yang ujungnya bermuara ke laut. Pasti.

Hits: 344
Share

2 Replies to “Dunia yang Kebetulan”

  1. Kebetulan kenal aku dari temeeennnnn hahahaha…Akhirnya aku pun kenal kamu yang bisa kenalin ketemen blogger lainnya dan banyak belajar tentang dunia blogging. Thank youuuu kak Vika *smooch*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *