Tidak terasa akhirnya aku harus meninggalkan Aceh yang sudah menjadi bagian dari hidupku selama hampir dua tahun ini. Tapi aku yakin tidak hanya untuk dua tahun itu, namun sepanjang tahun dalam hidupku, Aceh akan selalu jadi bagian yang tidak pernah mati.
Dalam sebuah perjalanan yang membosankan, aku membuka kembali sebuah video tsunami kutipan dari berbagai media. Sedih, miris bercampur jadi satu. Gempa dan ombak besar yang meluluhlantakkan Aceh itu laksana kiamat yang membunuh 169 ribu jiwa dan nyaris menghancurkan semua yang ad adi sekitarnya. Pada 26 Desember 2004 lalu, ketika pertama kulihat berita bencana ini di TV, sama sekali, tidak terbayangkan jika 2,5 tahun berikutnya aku akan menjadi bagian dari sebuah sejarah bencana terbesar dunia abad ini.
Aceh adalah cerita buat anak cucu-ku kelak. Pekerjaanku, sahabat-sahabatku, hari-hariku dan romantika picisan di dalamnya kuyakinkan tidak akan pernah lepas dari ingatanku sampai dunia ini tutup usia. Ada ribuan kenangan terpatri, bahagia, sedih, duka, suka dan setumpuk makna hidup aku dapatkan disini. Terima kasih untuk semua yang sudah menjadikanku satu bagian penting dari sebuah prasasti sejarah.
Sejuta cinta dan semua yang terbaik untuk Aceh ..
On a flight to Jakarta, 3 Maret 2009 08.55 PM