perempuan punya cerita…


Opini / Tuesday, January 29th, 2008

Gara-gara ada film dengan judul di atas yang kini tengah tayang, aku jadi mengingat- ingat curhat-curhat dari teman-temanku yang sifatnya perempuan banget. Barusan juga ngabisin buku “Catatan hati Seorang Istri”, karya Asma Nadia yang sebenarnya adalah realitas kehidupan manusiawi. Mohon maaf buat teman-teman yang sengaja maupun tak sengaja tercantum ceritanya disini. Bisa protes kok…Tapi identitas tetap disamarkan (Hehehe..)

Sebulan lalu, satu pesan pendek masuk ke handphone-ku;
“Vik, skrg aku dah pisah sama suami, jd aku skrg lagi cari kerja lagi, bantu aku dong vik,cari kerja untuk biaya anak-anak gue. Kalo ada lowongan kasi tau ya..”
Sender: +62888238xxxx
Received: 18:36:46, 20-12-2007.
Lumayan mengangetkan buatku. Meski ybs memang pernah cerita jika rumah tangganya kurang harmonis akhir-akhir ini, tetapi pertemuan terakhir dengannya Oktober 2007 lalu menyiratkan semuanya sudah membaik dan aku pun berucap Alhamdulillah. Terbayang semua kemesraan mereka di masa kuliah yang nyaris membuat iri jika tidak terlampau “norak”. Tentang first kissing mereka katanya yang selalu terbayang, tentang bagaimana si dia yang setiap minggu ke Bogor (dari Bandung), tentang si dia yang begitu setianya mengawal ke ujung pantai Jawa Barat menemani sang kekasih melakukan praktek lapang dan akhirnya sebuah pernikahan yang indah hanya berjarak sebulan setelah wisuda.

Dari curhat session, Desember lalu, pada suatu sore di lantai 3 Plasa Senayan dengan seorang sahabat. Sebelum aku berangkat ke Aceh, ia pernah becerita tentang mukena yang khusus dipesan dari Padang untuk mas kawin rencana pernikahannya yang pertama dan sore itu ia bercerita tentang kebaya merah maroon yang akhirnya pun gagal dia kenakan di rencana pernikahannya yang kedua. Tentu saja dari dua lelaki yang berbeda. Aku tahu dia mencoba sangat tegar dengan apa yang dia hadapi meski sorot matanya tidak bisa membohongi kekecewaan yang melebihi dalam lautan. I told her, this is life. Maybe he is not your destiny but please strongly believe God has a better better planning than yours.

Belum lama ini aku juga menerima telepon dari teman pertamaku di Bogor. “Nyeng, (only she calls me like that), kok lu gak lapor-lapor gue ke Aceh?” “Lu kan belum liat anak gue!”. Hemmm… Seingatku pertemuan terakhir dengan dia sekitar dua tahun lalu di satu resto masakan Manado di Bogor. Membahas masa nostalgia kita. Mulai dari perjuangan merebut hati si Ujang, sang kakak kelas hingga hubungannya dengan seorang yang berstatus “suami orang” yang aku tahu itu membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Lelaki yang menurutku “biasa banget”, tapi membuat dia rela melakukan apa saja untuk sang pujaan. Rela kucing-kucingan, dimusuhin bahkan nyaris “celaka” karena ulah istri sah lelaki itu. Sementara aku harus kuat mendengarkan curhatnya sejak jam 5 pagi bahkan ketika liburan ke Makassar pun dia menyusul dengan alasan menjauh dari si istri. Dan kuping ini pun panas mendengarkan ceritanya seminggu penuh. Tetapi, akhirnya sekuat tenaga ia meraih mimpi hubungan itu, sekuat itu pula Tuhan membukakan jalan lain. Beruntung dia tidak sempat jadi kambing hitam kehancuran rumah tangga orang, karena keburu dilamar laki-laki lain yang Alhamdulillah mau menjadi muslim menjelang pernikahan mereka. Ah, what a life…

Ada juga cerita tentang seorang teman yang sebenernya belum terlalu lama kenal. Sedikit dibumbui kegagalan pernikahannya, tapi yang seru justru perjuangannya meraih cinta seorang lelaki lain yang jelas-jelas tidak memberi harapan apapun. Dengan terus terang si cowok bersungguh-sungguh tidak bisa memberi hubungan lebih dari sekedar teman, menunjukkan sikap tidak nyaman hingga kelihatan lumayan keras ke si cewek. Sampai-sampai menurutku si cewek sudah melupakan kodrat dan harga diri dia sebagai perempuan. Cinta baginya layaknya ilmu pasti, semua bisa dicari rumusnya, semua bisa dicari metode-nya, semua akhirnya pasti seperti yang diinginkan, 1+1=2, 2×2=4. Semua di depan matanya adalah kepastian karena kegigihan dan usaha keras yang ia lakukan. Lupa bahwa ada yang masih lebih berkuasa daripada perasaan, lupa bahwa ada takdir dan lupa bahwa ada yang Maha Mengatur. Cinta yang sudah benar-benar membutakan hingga logika dan iman nyaris tidak berperan.

Cerita paling happening saat ini, soal hubungan sahabatku dengan pacarnya yang sudah berjalan sembilan tahun. Juni tahun lalu, pernikahan sudah di depan mata, prewedd di Ancol pun sudah direncanakan dengan baik (salam buat fotografernya yah… Hehehhe…) Dari ceritanya aku tahu dia mau berkorban menjalani pernikahan dikala sebenarnya banyak sisi lain yang mereka belum siap. Tertunda & tertunda. Hingga akhirnya muncul pengakuan kedekatan si teman dengan bos-nya yang tentu saja berstatus menikah (lagi). Tambah rumit lagi, hubungan itu semakin jauh membuat sentuhan-sentuhan indah dan membuat hari-hari makin berwarna hingga melahirkan keterikatan yang sulit dipisahkan. Lebih runyam lagi pada saat bersamaan hubungan dengan pacar asli tengah goncang. Entah dimana hubungan sebab akibatnya, hingga akhirnya jalinan itu pun berakhir. Sedih? Pasti. Namun Pak Bos tentu saja melihat ini sebagai peluang “bagus” dan mulai menata hubungan menjadi “serius”. Berlanjut ke jenjang pernikahan tentu bukan hal yang mudah. Meski (lagi) seperti laki-laki lainnya yang selalu mengatasnamakan ketidakharmonisan sebagai alasan sahih untuk berselingkuh, istrinya saat ini tengah berjuang melawan sakit yang maha berat. Meninggalkan begitu saja tentu saja tidak muda karena perasaan yang nyaris berakar. Dilema (telpon gue lagi ya…katanya ada new progress)

Gara-gara seorang kolega di Aceh minta bantuan pengurusan Jamsostek aku lagi-lagi harus dengerin curhat yang buatku basi banget. Konteks ngurus jamsostek berubah jadi konteks curhat gak penting. “Ka, iya soal jamsostek ntar gue tanyain deh, tapi lu dengerin gue dulu” Gue udah bosen nih pacaran sama cowok yang sekarang. Gue udah capek. Bokap gue jauh-jauh dari Medan dateng nanyain, kapan mo kawin?? Keburu jadi nenek-nenek gue” Bisa kubayangkan raut wajah suara memelas itu pasti penuh kerutan, jerawatan, kusut meski seragam celana pendek dan tanktop-nya bikin dia kelihatan seksi karena kulitnya yang putih bersih itu. Sementara aku bingung mau jawab apa, soalnya seingatku dari dulu dia kalo punya cowok baru seminggu juga udah minta kawin! Sampe-sampe sempat pengen pasang iklan kontak jodoh di Kompas. Belum gaya-nya kalau pacaran. Karena udah ilfil duluan dengan tingkat agresivitas dia itu langsung kutembak saja “Udah, tinggalin..emang dia-nya aja gak mau sama elu” Ngapain juga lu ngarepin yang gak jelas gitu, kalo lu udah kebelet mo kawin!” Capekk deh…

Kisah terakhir, kisah lama yang hampir terlupakan dari seorang teman sekitar pertengahan 2000 silam. Pengakuan yang kala itu buatku sangat mengagetkan. Seperti diungkapkan Melly Goeslaw dalam Sekali Cinta Tetap Cinta.

bagaimana bila aku bukan perawan seperti yang engkau mau
mungkin saja dulu kupernah ternoda…
apa bedanya jika aku mencinta…
bisakah bilau kau hapus, sempitnya fikiranmu tentang arti cinta
seandainya dulu kau berlumur dosa, sekali kucinta tetap cinta..
(Helena, Sekali Cinta Tetap Cinta- Keajaiban Cinta- 2005)

Hemmmm….

Hits: 831
Share

2 Replies to “perempuan punya cerita…”

  1. wooowww… kisah2 ini jd menyentuhku.. jd membuat hidup mereka masing2 berwarna warni yaaa… meski ada yg mungkin awalnya buram dan gelap.. tp entah nantinya.. bisa jadi pelangi..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *