Saya percaya setiap orang punya periode sendiri-sendiri dalam hidupnya, dan periode itu tidak sama dengan orang lain. Kalau saat ini saya bahagia dan teman saya tertimpa masalah, bukan berarti hidup saya lurus-lurus saja tanpa pernah punya masalah. Begitu pun sebaliknya. Bahagia pun ukurannya sangat relatif. Ada seorang temen yang kelihatannya punya hidup yang sempurna. Fisik yang rupawan, pasangan yang sejajar, orang tua yang mampu dan pekerjaan yang sukses, sebut saja namanya Reni. Teman yang lain bernama Wati, hidupnya menurut saya lurus dan aman sekali. Ia besar dalam keluarga yang lumayan berada, mengenyam pendidikan tinggi terbaik, karirnya pun mengikuti. Urusan percintaan Wati pun datar (mungkin sedikit hambar), karena nyaris tanpa riak. Secara kasat mata mereka semua seperti punya hidup sempurna. Seperti ungkapan rumput tetangga selalu lebih hijau, wajar jika seorang teman yang lain yang bernama Yanti sedikit iri dengan segala yang Reni dan Wati punya.
Saya?!, Wah, jangan dibandingin. Sejak kecil hidup saya jatuh bangun. Mulai keluarga yang bangkrut, sekolah yang penuh perjuangan sampai urusan percintaan yang tragis bin dramatis (sinetron amat sih…) Kalau pun sekarang “keliatannya” enak, itu sebenarnya semua adalah “template” yang harus saya tunjukkan sebagai ungkapan rasa bersyukur atas semua pasang surut yang sudah Tuhan berikan kepada saya. Entah itu terjadi memang takdir saya, atau sesuatu yang terjadi karena kecerobohan saya sebagai manusia biasa. Saya percaya nilai-nilai hidup yang saya dapatkan saat ini sebagian besar bukan dari teman-teman bukan juga karena membaca buku self development, tapi dari banyaknya lika liku perjalanan hidup saya sendiri.
Kemudian, Reni dan Wati tertimpa masalah (baca: cobaan besar) dalam hidupnya. Saat itulah saya makin menyadari bahwa semua manusia punya fase yang berbeda dalam hidupnya. Sayangnya kesadaran seperti ini, belum tentu ada di semua orang pun bagi Reni dan Wati. Ketika terbiasa hidup dengan tanpa nyaris masalah, cobaan bertubi-tubi sering disikapi sebagai ketidakadilan bagi hidup mereka yang terbiasa baik kepada semua orang. Saya gak bilang, masalah mereka ringan, tapi tempaan kehidupan yang saya alami, membuat saya selalu pengen bilang: Oh,..I was there!. Justru dunia yang terbolak balik, seperti roda yang berputar menunjukkan bahwa semesta ini adil.
Seorang teman yang lain pernah bercerita, ia berulang kali melamar pekerjaan baru dan mengikuti banyak proses untuk itu. Sayangnya, tidak ada satu pun yang berhasil. Lucunya, pekerjaan baru justru datang tiba-tiba tanpa melalui proses yang njelimet. Dia bilang ke saya: Wah, kalau tau begini, kenapa kemaren gw repot amat ngelamar ke tempat yang lain. Sepertinya ia lupa, proses njelimet yang tadi ia lalui adalah bentuk effort pay in advance untuk mendapatkan yang mudah belakangan itu.
Alhamdulillah, Tuhan memberikan bermacam-macam cobaan itu kepada umatnya. Saya yakin, sebenarnya itu adalah kunci pembuka pintu kebahagiaan di masa mendatang. Dan untuk memiliki kunci itu, saya sudah “pay in advance” dengan melewati semua cobaan tadi. Kalau pun di depan nanti masih banyak tantangan lain, gakpapa.. karena sebagian yang berat sudah terlewati. Dannn… kalau saat ini kamu bahagia dengan segala yang kamu punya dan itu (menurutmu) sudah ditata dengan teramat apik, jangan bangga dulu, tidak ada jalan tanpa polisi tidur dalam kehidupan. Semua ada masanya dan itu bisa terjadi di luar kuasa dan prediksi kita.
Saya percaya kedewasaan itu bukan selalu dari usia dan intelektualitas, tapi dari seberapa banyak jalan berliku yang sudah kita lalui. Semua ada masanya. Tidak ada masa seneng terus dan tidak juga ada masa susah terus.
Karena roda kehidupan pasti berputar, kadang diatas, kadang dibawah, tetapi tetap harus berjuang 😀
Bekerja keras dahulu, baru beruntung kemudian 😀 begitulah hidup, kerja keras nggak akan pernah berbohong hasilnya~~
@Fahmi.. Kerja keras banget neh…biar bisa keliling dunia.. hahahaha..