Saya lupa deh, apa pernah membaca buku penulis yang satu ini. Mungkin yang Parasit Lajang saya punya, tapi mungkin karena saya tidak sealiran dengan gaya penulisan dia, jadi tidak ada kesan yang mendalam setelah membaca buku itu. Saya tau Ayu Utami bukan dari buku-bukunya tapi dari berbagai statement-nya di media massa (seperti diungkap di bukunya itu) yang mati matian mengatakan: “Saya Tidak Akan Menikah”.
Ini ada beberapa kutipan hasil googling saya tentang pernyataan Ayu:
“Saya tidak mau menikah”, itu prinsip yang kini saya pegang. Di buku Parasit Lajang, saya menuliskan 10 alasan untuk untuk menikah. Salah satunya yang penting bagi saya, menikah itu selalu menjadi tekanan bagi perempuan. Meskipun kita selalu bilang bahwa menikah adalah pilihan, tapi dalam kenyataannya menikah itu jadi satu satunya pilihan. Karena, kalau tidak menikah, perempuan akan diejek sebagai perawan tua, dan sebagainya. Yang pada akhirnya, membuat si perempuan jadi berada di bawah tekanan.
Nah, saya ingin menghimbau atau mengajak atau sebetulnya bilang kepada orang lain, kenapa sih kita harus menikah? Tapi kalau ajakan itu hanya sekadar kata-kata saya, apa artinya. Makanya, saya harus konsekuen juga dengan ajakan tersebut Saya menunjukkan bahwa tanpa pernikahan pun saya bisa bahagia. Di satu pihak saya juga ingin menyadarkan masyarakat akan dua hal. Pertama, bahwa dalam realitanya hubungan seks itu bukan hanya ada dalam pernikahan. Yang kedua, hubungan seks dalam pernikahan sendiri bukan berarti lebih baik dari hubungan seks di luar itu.
Tentunya, sewaktu saya memutuskan untuk tidak menikah, keluarga saya, terutama ibu, sempat merasa sedih. Sampai sekarang-ibu tetap ber- harap suatu saat saya akan menikah. Sebaliknya, di luar perkiraan saya, bapak malah menerima keputusan ini dengan enteng. Buktinya, sewaktu kakak saya menikah, dia bilang ke para tamu kalau ini pestanya yang terakhir. “Karena anak bungsu saya enggak akan kawin,” itu kira-kira omongan bapak ke para tamu.
Untuk jadi seorang ibu? Saya juga tidak memiliki keinginan. Ngapain lagi bikin anak, toh pen- duduk Indonesia seka- rang sudah padat seka li. Makanya, saya suka bingung kalau melihat teman-teman saya yang anaknya banyak. Di benak saya akan muncul satu pertanyaan. Apa mereka enggak pusing ya mengurus anak sebanyak itu?
Tiba tiba pertengahan Agustus ini merebak kabar dari twitter dan fesbuk, ternyata si Parasit Lajang ini, baru saja melangsungkan pernikahan. Wahhh.. tentu saja kalo saya kenal Mbak Ayu, saya pasti akan mengucapkan selamat duluan. Tapi dasar saya emang kerjanya suka ngusilin orang saya coba cari tau, apakah Ayu sudah melanggar “sumpahnya”? Yukk.. Ternyata saya temukan jawabannya di twitter beliau dengan akun @BilanginFu sebagai berikut :
@BilanganFu Ayu Utami
Waktunya memperjuangkan agar perempuan dihargai di dlm maupun di luar perkawinan.
@BilanganFu Ayu Utami
Sblm ini, sy mprjuangkan agar prmp bebas dr rasa takut tidak menikah, jd perawan tua/ tdk perawan sblm nikah.
@BilanganFu Ayu Utami
Ketidakmenikahan sy adl tindakan politik. Kemenikahan sy adl tindakan iman
@BilanganFu Ayu Utami
Jika sy tidak menikah, itu adl ajakan spy peremp tak takut utk sendiri. Jgn takut jadi perawan tua atau jadi tidak perawan.
Yaah..gak ada yang salah sih dari semua pendapat dia, bener banget.. Tapi pasti semua orang bertanya tanya, mana bukti dari apa yang dia dengung dengungkan selama ini?? Duh, kata temenku Mbak Ayu kayaknya lupa.. semua yang dia bilang sebelumnya itu keputusan dia.. Ada Tuhan loh yang Maha menggerakkan dan merubah hati dan keputusan manusia semudah manusia membalikkan telapak tangannya. Tidak menikah pun sekarang sudah bergeser menjadi fenomena “biasa” di sebagain lapisan masyarakat di kota besar. Tapi mbak.. tetep looo gak boleh lupa, salah satu kodrat alias cetakan manusia dari sononya itu salah satunya menikah. Hanya salah satu looo… tapi bisa jadi salah satu yang paling besar.
Dah segitu aja, Mbak Ayu.. hanya sebuah pemikiran kecil.. Happy Life ya, Mbak.. Salam buat suami.
Hihihihihi ….. Mbanyol mbak’yu ….
Setahu saya, biarpun Ayu Utami menikah, ia menikah hanya secara spiritual. Jadi hanya di gereja saja, tidak ‘mendaftarkan diri’ pada negara. Memang dia pernah bilang tidak akan menikah, tapi menurut saya ‘kodrat’ bukan kata yang tepat untuk menjelaskan tentang dia. Sepemahaman saya, kodrat adalah sesuatu yang tidak dapat diubah dalam diri kita. Contoh sebagai perempuan BUKAN harus menikah, BUKAN tinggal di rumah ngurus rumah tangga, tetapi menstruasi, hamil dan menyusui. Sebab ketiganya tidak dapat dilakukan laki-laki. In my humble opinion.
Jadi kalau balik tentang Ayu Utami yang kayaknya nggak punya pendirian, menurut saya itu perjalanan spiritualnya dia. Dan dalam perjalanan spiritual, akan ada ketetapan-ketetapan hati yang berubah seiring berjalannya waktu. In my humble opinion.
Anyway, I’m not a big fan of Ayu Utami. Nggak semua bukunya saya suka, tapi saya mengagumi cara berpikirnya.
Anyway, I am also not a big fun of Ayu Utami. Tapi saya sempet merasa suka sama karya-karyanya waktu masih kuliah. Parasit Lajang, pernah baca bukunya sampai tuntas. Jujur, saya juga gak sejalan dengan alirannya, tapi mungkin itu fasenya mbak Ayu kali ya. Di abelum dikasih Tuhan ‘sesuatu’ yang buat dia jadi merasa harus ketemu Tuhan, sampe2 instusi atas nama agama dia lecehkan. Yah moga2 waktu terus menyadarkan mbak Ayu he he
Makanya jangan suka takabur kali ya. Mana ada sih manusia yang gak ingin menikah kalau mau jujur sama dirinya sendiri? eh itu mah gue kali yeee…hehe…
Aku kira dulu dia gak bakal menikah, akhirnya menikah juga…tapi saya suka dengan pemikiran2 ayu utami yang yang menurut saya bisa dibilang frontal