Kalau kamu berpikir mereka yang hebat adalah mereka yang “menjual” CV nya kemana-mana lalu, bekerja di kantor bergengsi dan mendapatkan gaji besar, mungkin pikiran itu harus dievaluasi ulang. Di banyak kesempatan, akhir-akhir ini saya bertemu banyak teman yang bagi saya lebih hebat dari mereka yang punya CV mentereng. Mungkin secara akademis mereka biasa-biasa saja, tidak masuk golongan Top 10 di kampusnya, boro-boro deh.. masuk golongan mahasiswa juara berbagai lomba. Oya, tulisan ini bukan teori tentang enterpreneurship (yang membosankan). Ini cuma uneg-uneg saya ke diri sendiri yang belum bisa mengoptimalkan potensi diri sendiri. Lah, kalau yang lain dengan semua keterbatasan mampu,.. kok saya nggak? Saya sempat bercita-cita berjualan sepatu online yang sepatunya dibuat customize. Saya sudah sempat survei sentra industri pengerajin sepatu di Bogor. Saya memilih sepatu, karena benda ini adalah hobi saya. Katanya kalau mau mulai masuk bisnis kreatif, mulailah dari hobi. Kenyataannya sampai tulisan ini dibuat rencana itu seperti selalu menjadi wacana yang jalan di tempat. Nah kalau ini, alasan utamanya adalah malas! Jangan ditiru!!
Sementara saya masih gundah dengan ketidakjelasan pekerjaan saya -sebagai seorang karyawan biasa-, beberapa teman dengan mantap mulai memposisikan diri sebagai profesional “penjual jasa” atau menjajaki dunia bisnis. Lucunya sebenarnya kemampuan yang mereka punya, bisa jadi saya pun punya. Hanya satu yang membedakan saya dengan mereka, saya tidak punya keberanian. Nih buktinya, dari pekerjaan terakhir saya mungkin tidak punya uang pesangon, tapi alhamdulillah saya “dibekali” banyak pengetahuan tentang urusan ketatanegaraan dan birokrasi negeri ini, lebih penting lagi saya jadi punya banyak relasi baru dari hampir seluruh provinsi di Indonesia. Mungkin dulu pernah terpikir untuk “memanfaatkan” jaringan yang saya punya bagi sebuah hubungan kerja baru. Toh, setelah tidak lagi menjadi “penjabat negara” (baca: keroco pejabat negara), saya tidak punya conflict of interest. Dilala-nya, saya tidak tau mesti saya ngapain dengan semua bekal itu,eh.. tapi teman saya yang lain mulai bergerak dengan bekal yang kurang lebih sama dan dia terlihat mulai berhasil. Iri.
Mungkin banyak orang yang berusaha tampil cerdas dengan menulis macam-macam status di sosial media, namun teman saya yang satu lagi sudah berjalan jauh dengan membuat hobi berkicau di sosmed menjadi sesuatu yang menghasilkan uang. Teman saya yang lain meski sudah mengantongi gelar master dari sebuah universitas terkemuka, saat ini malah malas melamar kerja dan memilih membuka warung makanan khas daerahnya.
Bagi saya mereka itu adalah orang-orang yang luar biasa kreatif. Mereka mampu membaca peluang dari apa yang mereka ketahui. Mereka juga berani membuat pilihan sendiri bukan mencari pilihan bekerja dan jadi orang gajian bulanan. Kadang ide-ide yang mereka ciptakan juga bukan sesuatu yang luar biasa, bukan pula sesuatu yang benar-benar baru. Dari sini saya belajar, bukan masalah idenya, tapi masalah mau atau tidak mau kita menjalankannya. Bukan berarti pula pengetahuan mereka sudah sempurna , tapi justru karena keterbatasan-lah yang membuat mereka berani maju. Yah, kata kuncinya memang cuma keberanian. Keberanian untuk itu berani mengambil resiko, keberanian untuk lepas dari zona nyaman.
Nah, kapan giliran kamu, eh…saya?
Menurut saya sih itu bukan tentang kemampuan dan keterbatasan, Mbak. Ada orang yang belajar dulu baru melakukan, ada yang belajar sambil melakukan. Ada orang yang tertarik dengan known facts, ada yang lebih tertarik dengan yang belum diketahui. Dua-duanya bisa berbisnis, tapi ya seperti Mbak bilang, waktu yang dibutuhin tiap orang untuk ngumpulin ‘keberanian’ itu beda-beda. 😀
Aku lagi ngumpulin keberanian nih… karena lama2 di tempat yg ada, rasanya sudah tidak bisa berkembang hehehe….
artikelnya sangat membantu .. terima kasih mba atas postingannya.. sukses selalu ya..hehe
Artikel ini bagaikan cerita dengan ajakan untuk maju dan berkembang, saya sangat suka artikel-artikel seperti ini, sekelas dengan artikelnya om andre wongso. Dan satu lagi imbuhan dari saya, maaf kalau salah “Siapapun anda yang ingin melompat lebih tinggi, anda harus siap mundur 5 langkah kebelakang sebelum mampu melompatinya”