Yes! Kali ini saya memang terperangkap di Tarakan. Ceritanya saya ditugaskan kantor untuk sebuah pekerjaan di pulau kecil ini. Hayoo.. pasti pada banyak yang belum tau, kan…bahwa Tarakan itu pulau? Sama!! Saya juga dengan gobloknya baru tahu Tarakan itu pulau setelah tiba disini karena diberi tahu orang lokal. Awalnya saya pikir, kota kecil -yang masuk Provinsi Kalimantan Utara- ini berada di sudut utara Pulau Kalimantan, bukan pulau!
Luas wilayah yang pernah dengan kaya minyak ini hanya sekitar 650 km persegi yang bahkan dari ujung utara ke ujung selatan hanya butuh waktu kurang dari sejam. Letaknya berbatasan dengan Kalimantan besar dan perairan Malaysia. Penduduknya sebagian besar suku Bugis, Jawa dan sisanya penduduk asli Kalimantan. Kenapa terjebak? Setelah menyelesaikan tugas, saya berniat melancong ke Derawan bersama seorang teman. Tarakan adalah salah satu gate way ke Pulau Derawan (tunggu tulisan khusus tentang Derawan yaah!!) Namun, karena teman saya menyusul dari Jakarta, jadilah saya menunggu dia selama satu hari disini.
Mau kemana di Tarakan?
Pasti pertanyaan ini akan muncul pertama kali. Karena saya penggila pantai, saya sempatkan mampir ke pantai Amal, pantai kebanggaan kota Tarakan yang letaknya sekitar 10 km dari pusat kota. Sayangnya saya agak kecewa, karena buat saya pantai amal sangat biasa bahkan terkesan tidak dikelola dengan baik. Pemandangan menuju pantai ini yang merupakan perbukitan justru lebih menarik. Namun masih ada yang bisa dikenang dari kunjungan yang sebentar ini. Saya memesan sepiring kerang putih besar yang biasa disebut ‘kapah’ di Tarakan. Rasanya enak dan segar! Tidak amis, dimasak pada saat dipesan dengan bumbu dan rempah serta tidak perlu dimakan dengan nasi cukup dicocol sambal. Jangan lupa pesan kelapa muda yang langsung dengan buahnya. Lumayan, mengobati ekpektasi saya akan sebuah pantai yang indah.
Satu tempat unik yang saya rasa wajib dikunjungi di Tarakan adalah hutan mangrove yang letaknya tepat di tengah kota. Unik, karena hutan ini tidak saja sebagai paru-paru kota tetapi juga sebagai penahan abrasi pantai. Harusnya kota-kota di pesisir wajib punya. Jangan contoh Jakarta, yang di ujung pantainya pun sudah berdiri mall dan apartemen. Mengelilingi hutan ini, kita tidak menginjak tanah, tetapi melalui jembatan kayu yang melingkari hutan ini. Bau khas air payau dengan pemandangan akar bakau yang semerawut membuat hutan kota makin menarik. Yang membuatnya berbeda, di dalamnya juga dikembangbiakkan bekantan, spesies monyet yang berhidung mancung dan berekor panjang. Bagi kamu yang belum tahu bekantan itu gimana,itu lo..hewan yang jadi maskot Dufan Ancol. Hewan yang sudah dilindungi ini konon dulunya hanya berjumlah 5 ekor kini yang dipelihara di hutan mangrove Tarakan sudah mencapai 40 ekor. Wow!
Nah, terakhir soal kuliner. Kemana pun kamu pergi, sempatkan makan kuliner khas daerahnya. Setelah tadi saya ceritakan tentang kerang kapah, tentu saja sebagai daerah pesisir makanan paling istimewa di Tarakan adalah seafood. Beberapa tempat makan yang layak dicoba adalah Warung Bambu, letaknya di Jalan Mulawarman di depan hotel Paradise. Rumah makan yang katanya paling enak adalah Rumah Makan Turi tidak jauh dari Grand Mall Tarakan. Kedua rumah makan ini sama-sama menyajikan seafood yang ikannya kita pilih sendiri. Namun RM Turi menurut saya lebih istimewa, karena ada empat jenis sambal yang disajikan bersamaan untuk disantap dengan seafood yang kitapilih. Sayuran pelengkapnya juga segar bahkan lalapan dan rebusannya dibuat pada saat dipesan. Jangan heran, ketika kesini saya cukup lama menunggu pesanan datang karena tamu yang cukup banyak. Makan disini relatif murah, buat makan berdua dengan pilihan seafood yang lengkap cukup Rp150 ribu saja.
Jangan lupa juga mencicipi kepiting soka yang bertulang lunak yang banyak disajikan rumah makan sea food di daerah ini. Kalau bosen dengan seafood, boleh juga mencicipi bakso tetelan yang berkuah santan di pasar malam belakang KFC. Rasanya gurih, gak kayak bakso pada umumnya. Harganya? Hanya Rp10 ribu saja! Ohya, karena Tarakan berbatasan langsung dengan Malaysia, disini banyak dijual makanan kemasan produksi Malaysia seperti yang kita jumpai di Batam. Namun saya sih menganjurkan, kalau ke Tarakan jangan banyak-banyak belanja barang Malaysia buat oleh-oleh. Lebih baik membeli produk khas lokal seperti ikan asin dan olahannya. Daripada memperkaya bangsa lain, mari kita bantu pengusaha (kecil) lokal kan ???
Akomodasi di Tarakan
Untuk ukuran kota kecil, jumlah hotel di Tarakan cukup banyak. Pendatang yang datang kesini sepertinya rata-rata punya dua tujuan, pertama: pegawai pegawai perusahaan migas yang bertugas disini ATAU mereka yang transit untuk jalan-jalan ke Derawan. Sebagian kecil memang ada yang transit untuk ke Sabah Malaysia, karena ada ferry dari Tarakan ke Tawau (wilayah Sabah) yang beroperasi tiga kali seminggu. Tarakan juga salah satu pintu gerbang keluar dari wilayah Kalimantan terutama bagi kepulauan di sekitarnya, karena adanya Bandara Internasional Juwata. Julukan “Little Singapore” yang pernah saya baca di sebuah media, sepertinya masih jauh panggang dari api. Padahal melihat letak geografisnya, bukan tidak mungkin hal itu terjadi.
Bandara Juwata letaknya kurang 3 km dari pusat kota. Buat kalian yang pertama kali datang kesini, jangan heran untuk jarak sedekat itu tarif resmi taksi bandara mencapai Rp65 ribu. Bagi kalian yang sekedar transit menuju Derawan dan mau irit, alternatif lain yang bisa dicoba adalah jalan kaki ke ujung parkiran bandara sekitar 300 meter kemudian naik ojek dengan ongkos sekitar Rp20 ribu. Pusat utama kota tarakan hanya satu jalan sepanjang tidak kurang dari 5 km dan disanalah berjejer sejumlah hotel. Untuk di dalam kota,tidak ada taksi hanya ada angkot yang tidak punya trayek. So, kalau mau naik, tinggal bilang sama supirnya mau kemana, semoga searah denga tujuan kita. Heheheh..
Soal hotel. Hotel paling hits di Tarakan cuma ada Swiss Bell. Saya sempat bermalam di hotel ini, mengingat nama besarnya sebagai chain hotel internasional. Ternyata, Swiss Bell Tarakan termasuk hotel tua yan -yah…bisa dibilang biasa saja. Bahkan untuk hitungan harga termurah Rp800 ribu/malam, bisa dibilang lumayan mahal. Menjelang ke Derawan, saya pindah ke Padma Hotel. hotel kecil yang lebih murah dan letaknya dekat dengan pelabuhan. Dengan harga permalam via Agoda hanya Rp320 ribu, hotel ini sangat direkomendasikan. Furniture-nya masih baru, bersih, nyaman dan pelayanannya oke. Cukup bersaing untuk hotel bintang 1. Bahkan menurut saya, kamarnya lebih nyaman dari Swiss Bell.
Terakhir, Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang berencana ke Tarakan atau ke Derawan via Tarakan. Buat Bapak Sofyan, Walikota Tarakan yang baru, Tarakan punya banyak PR nih, pak! Terus dikembangkan ya, pak!
infonya bermanfaat mb. Thx udah sharing. emang sih kepikiran mau ngebolang ke tarakan sekalian ke derawannya
[…] hutan mangrove di tengah kota ini adalah kali kedua untuk saya. Kali pertama tahun lalu di Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Di PIK, sepertinya spesies mangrove yang tumbuh tidak sebanyak di Tarakan. Vegetasi tumbuhan dan […]