Kalau sesekali berkunjung ke Sumatera Selatan, bolehlah mampir-mampir ke Pagaralam, kota kecil di kaki Gunung Dempo berjarak kurang lebih 6 jam dari Kota Palembang. Enam Jam? Jauh juga yaa, bro.. Tapi tenang, pemandangan indah sepanjang perjalanan tidak akan membuat enam jam itu menjadi perjalanan yang membosankan. Kalau punya dana lebih, bisa juga naik pesawat kecil (yang sayangnya jadwalnya masih terbatas). Atau, jika sedang ke Bengkulu, tidak ada salahnya juga meluangkan waktu sekitar 4 jam menuju Pagaralam.
Mungkin banyak yang berpikir Puncak adalah maskot pegunungan dan kebun teh padahal Pagaralam juga kebun teh yang dikelola oleh PTPN VII. Kontur daerahnya pun nyaris sama dengan Puncak Bogor. Kantor Pemerintahan di Pagaralam menurut saya adalah salah satu lokasi yang paling unik karena berada di perbukitan menuju kebun teh. Dua lokasi kantor pemerintahan yang juga “lucu” menurut saya adalah Provinsi Gorontalo yang juga di perbukitan dan Kantor Bupati Badung, Bali yang mewah, luas ibarat Pura di perbukitan. Uniknya di Pagaralam ada undakan anak tangga yang sering disebut Tangga 1000 di tengah-tengah kebun teh. Lumayan kan, gak usah tracking kalau mau jalan-jalan kesini. Kalau mau menikmati sawah seperti di Ubud, pun ada di Pagaralam. Bedanya, disini daerahnya masih sangat alami. Belum banyak villa-villa mentereng, taman-taman wisata apalagi seperti hotel – hotel di Bali.
Kembali ke Pagaralam adalah kembali ke alam. Disini ada beberapa air terjun yang masih sangat alami yang bahkan sepertinya kurang “diurus” oleh Pemerintah. Kurang lebih tercatat ada 6 air terjun disini: Curug Ayek Kaghang, Curug Batu Betulis, Curug Basemah, Curug Embun, Curug Lematang Indah, Curung Mangkok. Oya, orang sini menyebut Curug dengan Cughung (dengan penyebutan huruf r yang agak cadel. Nah, di perjalanan menuju Pagaralam pun, akan ditemui jurang berkelok seperti kelok 8 di Sumatera Barat. Bagi yang senang sejarah, Pagaralam juga banyak menyimpan sisa-sisa jaman megalitikum yang lagi-lagi memang belum dianggap aset yang penting. Beberapa tahun terakhir, pemerintah nampaknya mulai melek akan potensi Pagaralam. Karena tanahnya yang subur beberapa hasil perkebunan salah satunya teh dan kopi, sudah dikemas secara ekslusif yang cocok banget buat oleh-oleh. Asal tahu aja, Pagaralam adalah salah satu pemasok sayuran segar untuk wilayah Sumbagsel.
Kalau ingin merasakan liburan ke rumah nenek, seperti lagu anak-anak jaman dulu, Pagaralam-lah tempatnya! Merasakan kembali makan di sawah, memetik sayur dan menangkap ikan sendiri adalah liburan yang terkadang nilainya lebih “mahal” daripada jalan-jalan di mall. Di daerah-daerah lain seperti Bogor, Bandung atau bahkan seperti agrowisata yang sudah penuh Hotel di Bali adalah hal yang sudah banyak dijumpai, namun belumlah demikian di Pagaralam. Biarlah Pagaralam tetap dengan keasrian dan alami-nya. Biarlah (untuk sementara) Pagaralam menjadi Pagar Alam yang sesungguhnya. Jauh dari polusi, jauh dari tangan-tangan jahil dan jauh dari hiruk pikuk dunia kota.