Jadi Saksi Kekejaman Nazi di US Holocaust Museum


Jalan Jalan / Monday, May 13th, 2019

Apa yang kalian tahu soal Nazi? Pastilah yang pertama disebut adalah Adolf Hittler, pemimpin Nazi yang sangat terkenal dengan kekejaman dan kediktatorannya. Saya – yang malas belajar sejarah- juga nggak banyak tahu, sampai akhirnya bulan lalu saya mampir ke Holocaust Museum di Washington DC, Amerika Serikat.

Saya kesini dengan keluarga, rombongan sirkus deh. Oya, kalau kesini naik kendaraan pribadi, parkirnya agak jauh, lumayan jalan kaki. Naik kendaraan umum saya kurang tahu deh gimana caranya. Hehehhe. Tapi banyak juga rombongan pelajar yang kesini dengan menyewa bus. Kalau di Jakarta (Indonesia) mirip mirip carter Big Bird gitu deh. Btw, sekarang juga sudah ada Big Bird Airport Shuttle, loh! Lebih variatif kan pilihan angkutan ke bandara. Nah, sekalian informasi, lihat harga big bird di situs ini deh…

Awalnya saya ke DC cuma pengen foto di depan gedung putih dan Capitol Building yang jadi salah dua landmark Amerika Serikat. Ini kali pertama saya ke DC, karena keluarga saya baru saja pindah dari Arizona ke New Jersey, dan DC bisa ditempuh hanya sekitar 4 jam dari rumah. Katanya, kalau ke DC nggak mampir ke museum favorit ini, rugi juga. Atraksi ini masuk “Must See” Museum di Amerika. Apa sih istimewanya? Check this out!

Futuristik vs Oldiest

Tidak seperti museum lain yang menyediakan konter pembelian tiket, Holocaust Museum tidak menjual tiket, tapi memberlakukan reservasi yang dengan pengaturan yang cukup unik. Selama periode September hingga Februari, museum ini bisa dikunjungi tanpa reservasi alias dateng aja langsung. Sementara untuk Maret hingga Agustus, ada beberapa cara; yaitu timed ticket dimana kamu boleh masuk dan berkeliling hanya dalam waktu kurang dari 90 menit. Reservasi harus dilakukan minimal 1 jam sebelumnya (itu juga kalau belum penuh) Untuk menghindari nggak dapet kuota, ada baiknya dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. Bisa juga memilih tiket same day ticket online, jumlahnya terbatas dan dibuka mulai jam 6 pagi. Nah alternatif kedua ini, yang kemarin saya gunakan. Memang agak rempong, sih…

Museum ini, tampak depannya dirancang futuristik, tapi setelah melewati gate masuk pertama, kita justru naik lift yang berasa kayak ada di tahun 1940-an, persis saat kekejaman Holocaust terjadi. Saat masuk juga kita diberikan semacam kartu kecil berukuran sekitar 5×6 cm yang berisi biodata korban Holocaust. Jadi setiap pengunjung, bisa saja mendapatkan kartu yang berbeda.

Suasana mencekam sangat terasa ketika memasuki etape awal. Otak saya mencoba berpikir sebisanya dan seingatnya apa yang saya tahu tentang Nazi tapi ternyata memang saya nggak tahu banyak. Heheheh.. *contoh siswa malas belajar dan suka bolos pas pelajaran Sejarah.

Walau nggak terlalu dianjurkan buka HP untuk Googling, Holocaust Museum membuat semua kejadian runut dan saya seperti belajar kembali. Holocaust yang merupakan peristiwa terbesar pembantaian hampir 6 (bahkan ada yang bilang 17 juta) juta Yahudi dengan genosida (racun) yang dilakukan oleh Nazi pada tahun 1945. Pembantaian ini karena Nazi menganggap Yahudi adalah ras inferior yang akan membahayakan kekuasaan Nazi terhadap Jerman bahkan dunia.

Bagaimana cara mereka dibunuh? Korban Holocaust dimasukkan ke dalam camp-camp pembantaian yang diberi gas genosida dan orang-orang di dalamnya kemudian mati perlahan-lahan karena menghirup gas beracun tersebut. Rentetan peristiwa inilah yang ditampilkan di Museum ini. Sejarah Perang Dunia I yang menjadi latar belakang, kehidupan Nazi, dan berbagai peristiwa yang terjadi serta bagaiaman dunia melihat Holocaust ditampilkan disini.

Berbagai artefak Holocaust mulai dari dokumen-dokumen sejarah baik kertas, video maupun suara masih tersimpan dengan baik dan sungguh mampu membuat bulu kuduk berdiri. Antrian manusia yang dipaksa masuk ke camp camp pembantaian terlihat jelas dalam berbagai foto. Bukti-bukti material seperti pakaian para korban Nazi pun disajikan dengan “spooky”. Termasuk pula alat-alat penunjang digunakannya genosida.

Museum ini memiliki lebih dari 12 ribu artefak, 49 juta lembar dokumen, 80 ribu foto-foto, catatan 200 ribu nama orang yang selamat dan kurang lebih 9000 testimoni dari mereka yang menjadi saksi peristiwa penting di dunia ini.

Ruangan demi ruangan ditata dengan tema yang berbeda-beda. Mungkin kalau kita kurang tertarik sejarah,membaca dokumen pasti menjadi sesuatu yang membosankan. Namun museum ini memberikan rasa yang berbeda. Kita tidak cuma belajar sejarah, tapi seolah-olah kembali ke masa peristiwa ini terjadi. Sayangnya, saya nggak berani ngambil foto banyak-banyak di dalam ruangan. Memang tidak ada larangan sih, tapi melihat pengunjung lain yang gadgetless, saya pun membatasi menggunakan HP.

Rasanya waktu 2 jam berkeliling nggak cukup buat saya. Saya bener-bener belajar sejarah Nazi yang selama ini mungkin cuma Hittler-nya yang nempel di kepala saya. Tapi jalan-jalan kesini membuat saya semakin yakin kekerasan pada kemanusiaan adalah cara terburuk untuk melanggengkan kekuasaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Hits: 1042
Share

4 Replies to “Jadi Saksi Kekejaman Nazi di US Holocaust Museum”

  1. Itu foto pembantaiannya sangat mengerikan Mba? Jadi semakin paham bagaimana Nazi dan Hitler berkuasa.

    Yang salut dari Museum ini kelihatannya sangat terjaga kebersihannya ya? Semoga Museum di Indonesia juga bisa meniru. Sebab beberapa kali mengunjungi museum di Indonesia, ampun deh…

    Oh iya, salam kenal dari Anak Desa…

  2. Bu Octavia,

    Terima kasih atas artikelnya tentang di Narita Airport.
    Kisahnya menarik dan sangat kebetulan untuk kami berdua, saya dan isteri saya.
    * Nama saya Arwan (75 th) dan nama isteri saya Lily (73 th).
    Kami berdua, kalau Tuhan mengizinkan, akan bepergian ke Los Anngeles USA, pakai Japan Air Lines, ekonomi. Karena tiketnya adalah tiket promosi kami tidak bisa leluasa pilih jadwal. Kami harus transit di Narita sekitar 10 jam juga. Dan karena kami tidak punya Visa maka kami tidak bisa keluar airport untuk mencari transit hotel agar bisa istirahat dan mandi menunggu connecting flight yang juga akan lama sekali.
    Kebetulan sekali lewat Google saya mendapat blog (apa benar istilahnya?) Ibu.
    Mohon informasi apakah untuk bisa istirahat dan mandi seperti yang Ibu alami diperlukan Visa Jepang? Terima kasih banyak atas informasinya.

    Salam,
    Arwan

    *) Terima kasih juga atas kisah ke museum Holocaust.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *