Grand Canyon: A dream comes true…


Jalan Jalan / Tuesday, September 26th, 2017

Phoenix, Arizona 07.00 AM. Seperti biasa Lisa selalu mampir ke Dunkin Donuts membeli beberapa gelas kopi untuk perjalanan kita. Setelah beberapa kali ke Arizona, baru kali ini kami sempat berkunjung ke Grand Canyon yang jadi maskot wisata Arizona bahkan Amerika Serikat. Jangankan saya, Lisa yang sudah belasan tahun disini pun baru sekarang bisa kesini. Cuaca pagi itu masih dingin mungkin masih di kisaran 10 derajat celcius, padahal seharusnya di Februari musim dingin sudah selesai.

Dari Phoenix menuju Grand Canyon membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Pemandangan jalan berpadu antara perbukitan tandus khas gurun Arizona dan beberapa pegunungan bersalju. Cantik memang, tapi buat saya yang nggak tahan dingin, salju dan winter itu nggak ada indah-indahnya. Soalnya kalau dingin, saya tidak bisa ngapa-ngapain selain tidur selimutan. Beneran, ini.. AC dingin saja saya tidak kuat. Maklum, mungkin karena kurang lemak (heheheh). Selain itu, Saya masih yakin Indonesia adalah salah satu mutiara di dunia yang memiliki alam paling indah. Kalau ada yang bilang luar negeri lebih cantik, pasti belum pernah keliling negeri sendiri. Iya,..semua sisi dunia ini punya daya tarik sendiri, tapi percaya deh alam Indonesia dengan semua keunikannya adalah salah satu yang tercantik di dunia.

***

Ada dua jalan utama menuju Grand Canyon yaitu South Rim dan North Rim. Kami melalui jalan South Rim yang memang paling dekat dengan Arizona. Biasanya mereka yang melalui Los Angeles atau Las Vegas akan memilih South Rim sebagai gerbang masuk. Sedangkan North Rim berada di negara bagian Utah. Biaya masuk kesini USD30 untuk 1 buah mobil, dan USD15 per orang yang berlaku selama tujuh hari. Artinya kamu boleh seminggu disana, nggak usah keluar-keluar!

Kami tiba disana sudah menjelang sore, cuaca tambah dingin. Rasanya kalau ini bukan salah satu wisata tujuan dunia, saya mau balik lagi ke belakang selimut. Sepanjang pintu masuk South Rim sudah banyak berdiri hotel dan tempat hiburan. Biarpun kedinginian, sayang sekali kalau dilewatkan dengan cuma tidur-tiduran. Jadilah saya muter-muter sendiri, beli kopi dan nengok-nengok toko souvenir. Karena sudah menjelang malam, cuaca dingin, salju dan kabut tebal sudah tidak direkomendasikan lagi untuk masuk ke dalam Grand Canyon.

Besok paginya kami baru masuk ke lokasi, awalnya seperti perbukitan biasa, tidak ada tanda-tanda ngarai sama sekali. Setelah berkendara kurang lebih 10 km dari gerbang utama, mobil pun diparkir. Pada cuaca kurang dari 10 derajat celcius kami berjalan menyusuri perbukitan dan pelan-pelang ngarai super luas mulai nampak. Wow! Saya harus mengakui bahwa Grand Canyon memang luar biasa! Sumpah saya tercengang! Beneran seperti mimpi yang jadi kenyataan. Mungkin karena karakteristik  alam seperti ini, tidak ada di kampung kita. Pantas saja menjadi salah satu keajaiban dunia. This a superlative beauty! Grand Canyon tercipta dari proses erosi selama ribuan tahun dari Sungai Colorado. Jangan tanya luasnya, taman nasional kebanggaan Amerika Serikat ini luassss bangettt! Panjangnya mencapai hampir 500 km dengan lebar bervariasi dari 5-30 meter dan kedalaman dari puncak ngarai ke bawah sekitar 1,5 km.

Saya takjub, sampai udara dingin -yang biasanya saya benci luar biasa- menjadi tidak begitu terasa. Ngarai yang meliuk-liuk indahnya lebih indah dari lukisan mana pun yang pernah saya lihat. Sejauh mata memadang, tingginya ngarai seolah menyentuh langit dan kita berdiri. Di beberapa bagian ngarai, sisa-sisa salju masih nampak. Beberapa pepohonan di pinggir ngarai seolah menjadi frame semua lukisan itu. Kalau lagi gak dingin, mungkin enak bawa kursi dan ngopi-ngopi pake kopi Aceh di pinggir ngarai-nya. Hehehe..

Meski datang di penghujung musim dingin yang penuh kabut, scenery menakjubkan Grand Canyon tetap bisa dinikmati. Saya yakin, saat musim panas pasti lebih membuat nafas terhenti sejenak melihat ciptaaan Tuhan ini. Apalagi kalau musim panas ada program hiking, jadi kita bisa turun ke ngarai hingga ke permukaan sungai dan berjalan menyusuri tebing tebing Grand Canyon. Sebagai taman nasional, disini juga hidup bebas berbagai hewan seperti rusa khas gurun, bison dan berbagai jenis reptil dan mamalia lain. Jangan heran, jika tiba-tiba saja ada rusa melintas di depan kita.

Fasilitasnya juga oke, dari camping ground, hotel berbintang, coffee shop dan toko souvenir. Pokoknya tiket sekali masuk buat seminggu tinggal disini sih, memang pantas, Memang harus tinggal lebih lama agar bisa mengeksplor lebih banyak. Di tengah taman, ada museum yang membuat kita bisa belajar asal muasal terjadinya Grand Canyon. Uniknya, museum ini pun dibangun di pinggir ngarai dengan dinding kaca-kaca transparan. Wuihhh..berasaa dimanaa gitu…Rasanya nggak mau pulang!

Ke Grand Canyon bukan cuma wisata, tapi melihat dengan nyata sebuah keajaiban alam. Menyaksikan dari dekat bagaimana Tuhan mengkreasikan semua ini dengan sempurna. Benar-benar sebuah mahakarya. Dan namanya juga wisata di negara maju, tanpa merusak ekosistemnya, Amerika berhasil merancang kenyamanan dan fasilitas sekaligus tempat belajar ilmu pengetahuan baru. 

Kayaknya saya pengen kesini lagi suatu hari nanti!

 

Hits: 1919
Share

15 Replies to “Grand Canyon: A dream comes true…”

  1. Saya setuju bahwa setiap tempat punya keunikan masing-masing. Indonesia cantik dengan alam gunung dan pantai nya. Begitupun Amerika dengan Grand Canyon nya. Ada sisi unik yang dipunyai satu tempat tapi tidak dipunyai oleh tempat lain. Itulah mengapa jalan-jalan kemanapun jadi sebuah candu bagi seorang Traveller. Dan aku terpesona melihat susunan batu dan warna yang terdapat di Grand Canyon ini

  2. Waah kak Vika mainnya jauh banget! Kayaknya emang gak cukup kalo ke Grand Canyon cuma sehari doang ya 🙂 Seneng ya kalo lihat wisata alam dikelola sebegitu seriusnya sehingga sangat informatif dan nyaman buat dikunjungi wisatawan 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *