Melanjutkan cerita Derawan sebelumnya, pada hari yang sudah ditentukan kami berangkat menuju Derawan. Saya bersama 15 orang lain yang tergabung dalam biro travel yang sama. Perjalanan selama tiga jam yang melelahkan dan mendebarkan rasanya terbayar begitu kapal kami merapat di darma kecil Derawan. Airnya sangat bening, sehingga ikan-ikan yang berenang di dalamnya bisa terlihat jelas. Uniknya lagi, penginapan kami berada di atas beningnya air tersebut. Ibarat tinggal di atas akuarium raksasa yang kapan pun kita mau, bisa langsung nyebur di bawahnya.
Kamar saya langsung menghadap ke lautan luas, sehingga sunset dan sunrise bisa nampak jelas setiap hari. Bangun pagi yang di hari-hari biasa susah setengah mati, disini jam berapa pun tidurnya, bangun pagi adalah hal yang menyegarkan. Di malam hari, wajah bulan yang sangat bulat dan indah juga terlihat jelas. Cocok banget untuk suasana bercengkrama atau sekedar menulis ditemani secangkir kopi dengan latar belakang suara deburan ombak. Derawan adalah pulau kecil, yang bisa dikelilingi dengan sepeda. Disini banyak dermaga kecil dari kayu yang sangat alami dan eksotis. Saya setuju banget, darmaga daerah wisata memang harusnya dibuat tidaka permanen. Seluruh darmaga adalah spot terbaik untuk melihat sunset di sore hari. Its really priceless!
Keesokan harinya, eksplorasi dimulai dengan menu utama snorkeling, foto foto dan menikmati indahnya hasil karya Tuhan. Buat yang belum pernah snorkeling, jangan takut buat nyebur. Rugi banget jika tidak melihat keindahan bawah laut derawan. Jangan khawatir, guide dari travel pasti akan membantu dan membimbing meskipun kalian tidak bisa berenang. Ada beberapa pulau yang menjadi lokasi snorkeling, yaitu Maratua, Sangalaki dan Kakaban. Siapkan fisik yang cukup. Liburan disini gak asyik kalau kita hanya duduk di pinggir pantai sambil menikmati sepoi-sepoi angin laut.
Dari pulau-pulau yang saya sebutkan tadi, yang menurut saya paling keren adalah Kakaban. Buat saya, pulau kecil tak berpenghuni ini ajaib. Kenapa? Karena ada danau di tengahnya, yang konon terbentuk dari air laut yang terjebak dengan hadirnya daratan. Lebih lucu lagi, di danau ini hidup empat spesies ubur-ubur laut yang sudah berkembang biak dan sangat jinak. Jangan sampai gak nyebur kalau kesini. Merasakan berenang bersama dan memegang ubur-ubur laut yang jinak merupakan sensasi yang bisa jadi satu-satunya di dunia. Beruntung banget, pas saya kesini, Kakaban lagi sepi. Wah, serasa danau ini jadi milik kami sendiri. Asal tahu aja, untuk masuk dan berenang di danau ini, waktu wisatawan dibatasin, karena itu semua harus antri. Peraturan ini diterapkan agar lingkungan dan habitat di danau ini tetap terjaga. Kita juga mengunjungi pulau pasir kecil yang jadi tempat favorit untuk berfoto.
Beruntungnya lagi, di malam hari kami diajak melihat atraksi langka, penyu bertelur. Kini berbagai jenis penyu yang ada di Derawan sudah dilindungi. Beberapa NGO melakukan penangkaran telur-telur penyu, untuk kemudian dilepas ke laut lepas saat sudah menetas. Upaya ini dilakukan, agar telur-telur penyu tidak dicuri kemudian dijual. Dari kebeningan air Derawan, penyu yang hilir mudik sering sekali terlihat. Usia induk penyu ini mencapai 80 tahun. Bayangkan kalau tidak dilindungi, anak cucu kita nanti bakal tidak pernah tahu bentuk penyu seperti apa.
Semua tempat di kepulauan ini ibarat sebuah surga kedamaian yang tersembunyi. Saya jadi mikir, kenapa orang Indonesia demen banget dikit dikit ke Singapura, Hongkong, Kuala Lumpur, Bangkok? Mau ngeliat apa? Yah, kalo satu dua kali sih boleh, tapi kalau jadi tujuan rutin? Haduh…please deh, jangan keterusan memperkaya bangsa asing. Kalau bukan kita, siapa lagi yang bantu mempromosikan wisata negara sendiri? Di Derawan, yang saya amati memang lebih banyak wisatawan asing dibandingkan domestik. Lucunya, wisatawan manca negara lebih sering ngomel ke penduduk sekitar jika ketemu sampah dibandingkan orang lokal. See? Keliatan kan bagaimana orang asing lebih menghargai alam kita disbanding kita sendiri yang lebih seneng liburan ke mall dan ngabisin uang buat belanja ke Singapura?
I love Indonesia…
[…] melancong ke Derawan bersama seorang teman. Tarakan adalah salah satu gate way ke Pulau Derawan (tunggu tulisan khusus tentang Derawan yaah!!) Namun, karena teman saya menyusul dari Jakarta, jadilah saya menunggu dia selama satu hari […]