Ada dua kota yang membuat saya selalu feel hommy, Banda Aceh dan Yogyakarta. Banda Aceh, jangan ditanyalah, udah terlalu banyak tulisan tentang Aceh di blog ini. Nah, akhir minggu lalu, saya berkesempatan kembali mengunjungi Yogyakarta, walau kali ini kurang dari 20 jam saja. Sebenernya sih ini bukan kali pertama saya datang ke Yogyakarta tanpa bermalam. Tahun lalu, pulang pergi Yogya hanya dalam sehari beberapa kali saya jalani, tapi kala itu untuk tugas kantor sebagai seorang pejabat (baca: penjahat) negara. Hahahaha.. Oya, sst…bocorannya, saya juga (numpang) lahir di Yogya, loh!
Kali ini, ceritanya adik saya yang lama bermukim di Amerika Serikat, pulang kampung dan ngidam banget pengen ke Malioboro. Sementara saya, sebagai anak baru di sebuah bank, belum punya jatah cuti yang cukup untuk berlama-lama di Yogya. Jadilah kami berangkat Jumat malam sepulang jam kantor, tiba di tujuan Sabtu dini hari dan kembali ke Jakarta di malam harinya. Pyuihhh…bacanya aja capek kalii..! Eits, tapi jangan salah, waktu yang singkat itu ternyata cukup lumayan untuk meng-eksplore Yogya dengan kenangan yang tidak kalah manisnya seperti liburan kesini dua-tiga hari.
Buat kalian yang gak punya waktu liburan banyak, sepertinya cara saya ini bisa dicontoh. Pertama, pilih naik kereta. Menurut saya sih ini lebih efisien, apalagi kereta eksekutif. Harganya lumayan bersaing, fasilitas nyaman dan paling penting sangat tepat waktu. Di perjalanan selama sekitar 7 jam kita bisa istirahat dan tidur, tau-tau kereta sudah tiba di Yogyakarta. Ada beberapa pilihan kereta jika berangkat dari Gambir, akan lebih murah jika memilih kelas bisnis yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen. Enaknya, stasiun Tugu kan berada di pusat kota, jadi gak perlu rempong cari kendaraan seperti jika kita mendarat di bandara. Jika memilih naik pesawat bisa memakan waktu lebih lama karena jarak menuju Bandara Soetta, menunggu pesawat yang cukup lama atau tiba-tiba delay. Bandingin jika kita start dari stasiun Gambir yang ada di pusat kota Jakarta dan sampai juga langsung ke pusat Yogya. Oya, kalau mau naik kereta, usahakan jangan beli mendadak, karena ada komunitas pekerja Jakarta asal Yogya yang menamakan diri PJKA (Pergi Jumat Pulang Ahad), yang pasti memenuhi gerbong kereta di akhir pekan.
Setelah numpang mandi dan istirahat sebentar di sebuah hotel budget di kawasan Malioboro, ada tiga obyek yang bisa sekaligus dikunjungi. Benteng Vredeburg, Keraton Yogya dan sarapan di Gudeng Yu Jum yang letaknya tidak jauh dari Keraton. Itu pun, kami masih sempat mampir ke Malioboro, membeli sandal jepit khusus buat jalan-jalan hari itu. Setelah itu, sekita pukul 11 siang, kami tancap gas menuju Borobudur. Kali ini gak naik becak, tapi dijemput oleh dua orang sepupu saya. Sebelumnya, saya sudah googling, menuju Borobudur cukup waktunya jika menggunakan kendaraan umum sekalipun. Tiba di Borobudur, sekitar pukul 1 siang dan kami menghabiskan waktu disini hingga pukul 3 sore. Sebenernya bisa kurang dari itu sih, kalau sodara-sodara saya gak pada heboh belanja!
Lepas dari Borobudur, kami menyempatkan diri late lunch di sebuah restoran Rawon yang enak banget di kawasan Kaliurang. Sebenernya rekomendasi restoran ini didapatkan juga dari google. Meski karyawannya sedikit gak ramah, tapi makanannya enakkk banget dan dengan porsi makan berempat yang kelaparan banget, kami “cuma” membayar kurang dari Rp150 ribu.. Hemmm, harga yang cukup bersahabat bagi orang Jakarta.
Kembali ke Yogya, tujuan utama apalagi kalo bukan melanjutkan shopping. Surprise, ternyata harga-harga souvenir di pasar souvenir Boroubudur relatif lebih murah daripada di Malioboro. Pun menyaksikan keramaian Malioboro dan riuh rendah alun alun di malam minggu cukup seru sambil menunggu kembali ke Jakarta pada pukul 21.00. Kami juga masih sempat membeli gudeg dan beberapa makanan kecil buat oleh oleh…
Melelahkan memang, tapi kurang dari 20 jam ke Yogya, ternyata bisa loh..! Saya masih penasaran ingin ke Candi Boko dan beberapa tempat lain besok besok dan kemungkinan besar akan menggunakan metode ini juga! See you next time, Yogya!
20 jam di yogyakarta cukup sih, tapi pasti kurang deh 😛 5 hari penuh disana aja masih kepengen nambah lagi kalau bisa 😀
Hahahha..kalo itu, sekalian aja, pindah rumah, mas…
Bagi saya yang orang Jawa juga, saya akui Jogja memang homey 🙂
Belum pernah ke Jogja dan Banda Aceh 🙁 Foto-fotonya keren mbak. Salam kenal dari Lombok 🙂
Ahhh memang Jogja ini gapernah bikin bosan 😀
[…] sekali saya tulis di blog ini, bahwa Yogyakarta adalah salah satu kota yang membuat saya “feel hommy”. Mungkin karena Saya dilahirkan di kota ini, tapi tentu saja karena banyak hal lain. Atmosfer […]