Kali ini saya mau cerita pengalaman selama hampir 10 jam di Bandara Incheon, Korea Selatan yang merupakan rangkaian jalan-jalan saya di Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Salah satu bandara tercanggih di dunia ini punya fasilitas yang membuat betah meskipun harus menunggu pesawat cukup lama.
Saya tiba di Incheon sekitar pukul 5 pagi waktu Korea dan take off kembali menuju Jakarta pada pukul 3 di sore hari. Sebelumnya saya sudah googling apa saja yang bisa saya lakukan selama transit 10 jam disini. Turun dari pesawat, saya segera menuju bagian informasi untuk menanyakan cara mengikuti City Tour ini. Saya awalnya berpikir cuma dengan mendaftar kita bisa langsung ikut rombongan jalan-jalan. Ternyata, tidak semudah itu. Peserta City Tour harus melewati antrian petugas imigrasi dan mengisi beberapa form. Paspor kita juga dicap seperti halnya wisatawan lain. Dari penjelasan petugas informasi, tidak semua negara bisa ikut program ini. Saat melihat paspor saya, ia mengatakan ada proses lain untuk paspor Indonesia, namun hal itu tidak perlu dilakukan setelah ia mengetahui saya adalah pemegang visa Amerika Serikat.
Setelah dari imigrasi, saya menuju konter pendaftaran City Tour. Disini petugas konter akan mencatat nama kita, mem-fotocopy paspor, boarding pass dan menyerahkan satu buah PIN tanda peserta yang harus digunakan. Sebenarnya tour ini gratis namun ada biaya USD10 yang di bayar di konternya. Biaya ini untuk makan siang dan tiket masuk tempat wisata. Oya, jarak dari imigrasi ke konter ini lumayan jauh juga, loh!! Total waktu jalan kaki dari turun pesawat, imigrasi dan pendaftaran ini saja memakan waktu sekitar 40 menit.
Saya memilih Seoul City Tour yang total perjalanannya 5 jam dan dimulai pukul 8 pagi. Saat mendaftar, waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi, namun ternyata daftar pesertanya sudah panjang juga. Artinya buat kamu-kamu yang ingin ikut, harus buru-buru daftar agar kebagian seat. Dalam satu gelombang hanya ada 1 bis dengan kapasitas sekitar 30 orang. Ada beberapa pilihan tour, dari 1 jam hingga 5 jam. Silakan dipilih berdasarkan waktu yang kita miliki. Informasi lengkapnya bisa dilihat disini.
Tujuan tour kami yang pertama adalah Gyeongbokgung Palace, istana kekaisaran Korea sebelum abad 19. Sepanjang jalan, -guide kami- seorang cewek Korea memberikan banyak informasi dalam Bahasa Inggris tentang lokasi yang kita lewati. Pun setibanya di tempat wisata, ia dengan lancar bercerita tentang sejarah tempat-tempat yang kita kunjungi. Tujuan kedua adalah Jogyesa Temple, sebuah candi Budha yang ada di pusat Kota Seoul. Tidak ada tempat terlewatkan tanpa foto-foto.
Perjalanan diakhiri Insadong Street, shopping center yang sebagian besar dijejali toko-toko yang menjual kosmetik Korea. Disini kami juga dijamu makan siang ala Korea. Rasanya? Enak! Buat kita yang orang Asia sebenernya makanan Korea relatif lebih mudah diterima. Saat makan pun si Mbak Guide menceritakan asal muasal makanan dan kebiasaan orang Korea dalam bersantap. Saya senang, disini semeja dengan beberapa orang dari Amerika Serikat, Argentina dan India. Lumayan kan punya kenalan baru..minimal buat bantu motoin kita. Hehehe. Saat itu suhu di Seoul sekitar 18 derajat celcius, cukup dingin memang. Namun dinginnya terbayar melihat pohon-pohon yang mulai berganti warna menjelang musim gugur dan tempat wisata yang memang keren-keren.
Mbak Guide-nya lumayan galak loh! Setiap saat ia mewanti-wanti agar kita tidak telat untuk kembali ke bis menuju tujuan berikutnya. Mungkin karena sering kejadian banyak turis yang keasyikan foto-foto, ia berkali-kali menegaskan tidak ada toleransi bagi yang telat walaupun hanya 5 menit. Jika telat, silakan kembali ke airport dengan transportasi umum. Yah, ada benernya sih, karena semua penumpang transit pasti terikat waktu agar tidak ketinggalan pesawat. Biar pun begitu, saya sangat berkesan dengan jalan-jalan singkat ini. Cukup untuk mengenal Korea secara umum, kelihatan banget pemerintah Korea benar-benar serius menggarap pariwisatanya. Seorang peserta lain yang sempat ngobrol dengan saya bilang; Ia berkunjung ke Korea sekitar 10 tahun lalu. Kini, tidak terbayangkan perkembangannnya yang sangat pesat. Hmm..kapan yaa Indonesia bisa meniru?
Kalau pun malas atau tidak punya cukup waktu untuk keluar, bandara Incheon menawarkan banyak fasilitas yang membuat waktu menunggu tidak terasa membosankan. Selain restoran dan shoppig area yang lengkap, bandara ini sangat friendly buat para backpacker. Di lantai 4 saja tersedia area dengan sofa besar serupa tempat tidur untuk mereka yang tidak sempat menginap di hotel. Kamar mandi pun tersedia dengan gratis lengkap dengan handuk dan perlengkapan mandinya. Di setiap sudut tersedia keran air siap minum, lumayan kan gak usah repot-repot beli Aqua. Praying Room-nya pun cukup memadai untuk para muslim. Sebagai perbandingan, di bandara KLCC, Malaysia, musholla hanya dibuka pada waktu sholat saja, sedangkan praying room (yang umum dijadikan musholla) di Incheon, dibuka 24 jam! Agak lucu sih mengingat pada dasarnya muslim adalah salah satu mayoritas di Malaysia. Hehehe..
Suka sama cerita ini. mudah2an kesampaian sekali waktu maen ke Seoul …
batal mulu tiap mw ke korea…tp tujuanku 1 mba pgn kesana… pgn belajar ski hahaahah :D…abisnya ke negara2 eropa kyk swiss kan mahal, mnding bljr skinya di korea aja yg relatif murah 😀
10 jam bengong di korea 😮
judulnya menarik dan isinya jauh lebih memukau 🙂
wah, jadi kalau pegang visa USA bisa masuk ke korsel tanpa apply visa ya? Enak banget 😐
Fahmi: visa transit saja.. ada hitungan hari nya…
musholla KLCC dibuka hanya pada waktu sholat karena kultur disini beda dengan di korea mbak, kan suka banyak yang gelosoran di musholla, trus kalau dibuka 24 jam, bisa dijadikan markas backpacker untuk istirahat gratisan haha, iya nggak?
btw, seru ya ikut free city tour dari erpot korea! kaya di changi juga ada
[…] salah satu negara yang eligible untuk mendapatkan visa transit on arrival tersebut. Belajar dari pengalaman di Seoul, saat landing di Beijing tetap saya coba dan tetap di-approve! […]