being a stalker


Opini / Sunday, September 11th, 2011

Munculnya bermacam macam sosial media harus diakui memang membuat hidup menjadi lebih mudah, terutama dalam soal informasi.  Hanya dengan meng-RT satu pesan di twitter berita kecil jadi terasa sangat penting dan mendapat sorotan tajam. Belum lagi banyak orang orang yang mendadak menjadi selebriti di dunia maya cuman karena tulisan pendek sepanjang 140 karakter di twitter.

http://www.penn-olson.com/2009/10/18/20-hilarious-twitter-comic-strips/

Tapi saya bukan mau bahas itu, udah bejibun tulisan yang mengomentari soal fenomena sosial media.  Buat saya sendiri, dengan sosmed saya jadi tau terlalu banyak tentang seseorang atau orang lain diluar yang orang itu pikir. Wah gimana tuh? Kalo bahasa kerennya saya sering jadi “stalker” alias menyelidiki seseorang melalui jaringan sosialnya. Kalau jaman dulu, media curhat mungkin hanya buku harian yang disimpan rapat rapat di lemari dan nyaris jadi barang dengan tingkat confidential yang sangat tinggi, kini hampir semua orang doyan curhat di internet. Banyak yang mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran tapi lebih banyak lagi yang mengumbar masalah pribadi yang akhirnya jadi tidak pribadi lagi. Wah, ini sasaran empuk banget buat tahu “dapur” seseorang bagi detektif cap kacang buncis seperti saya.

Sebagai contoh, beberapa bulan yang lalu ada karyawan baru di kantor saya, gayanya sih oke, percaya diri dan keliatan cukup cerdas. Eh, siapa nyana gak sampai dua minggu ia pamit pulang ke kampungnya di Medan sampai batas waktu yang belum ditentukan dengan alasan masalah orang tuanya yang sangat mendesak.  Lucunya ia juga tidak mengajukan surat pengunduran diri, dengan alasan jika sudah selesai ia akan kembali aktif. Ini pasti alasannya karena gak enak “baru dua minggu”. Membaca gelagat yang kurang enak, saya yang ada bakat dikit jadi paranormal KW 5, iseng meng-googling namanya berharap ketemu facebook, twitter atau sejenisnya untuk tahu bagaimana anak baru itu sebenernya. Dan ternyata, kebohongan besar terungkap, saya menemukan akun twitternya yang sejak seminggu sebelum ia keluar sudah sesumbar akan pindah kerja. Malah pake embel embel, “enak banget dapet tawaran kerja di dua tempat sekaligus”.. Bego-nya lagi, ia “lupa” atau gak ngerti sehingga map location-nya terlihat di timeline-nya. Jreng jreng…daan ia masih ada di Jakarta!!  Manajer HRD kantorku seperti kebakaran jenggot. Kalo saya sih mikirnya, duh..gw jangan sampe deh dikadalin sama anak kemaren sore. Lucunya  lagi ketika dikonfirmasi, ia bilang, akun tersebut di-hack seseorang. Sesuatu yang sangat mustahil mengingat dalam satu minggu terakhir hingga pagi harinya ia terus menerus bicara tentang kepindahan kerjanya itu. Kadung ketahuan, besoknya saya cek lagi, akun itu sudah gak ada.. Hahahahahaha.. *ketawa penuh kemenangan*

Contoh yang jelek bukan?  Makanya hati hati deh, meski di list follower, kamu yakin gak ada orang yang berhubungan dengan “rahasia”-mu, inget.Mbah Google itu luar biasa jago dan banyak orang yang lebih cerdas dari kamu di luar sana. Kecuali kalo kamu memang pengen eksis dan ngetop sih, beda perkara tuh..

“Fungsi” lain lagi (ini sebenernya gak baik diikuti), saya pribadi beberapa kali mem-follow seseorang bahkan dua atau tiga orang untuk mendapatkan info tentang orang yang lain lagi 😀 Hihihihihi. Sasaran utamanya biasanya bukan orang yang sangat aktif di internet, so untuk tau lebih banyak tentang dia, bisa dengan mengamati timeline lingkungan sekitarnya yang sangat membantu (sekali lagi: hihihihi…). Memang sih, apa yang dituangkan dalam 140 karakter itu gak selalu bisa menggambarkan isi hati atau kondisi penulisnya, tapi paling tidak ..banyak sekali yang bisa diraba dari sana, tinggal bagaimana kita secara cerdas bisa mengolah informasi itu (ceilee..berat bener bahasanya..) Bukan itu saja, dengan mem-follow satu orang kita bisa menjumpai orang orang lain disekitarnya yang pasti ada hubunganya dengan sasaran kita. Kan pada dasarnya dunia setiap orang itu seperti lingkaran, udah kemana mana ujungnya tetap di sana sana juga. Oya, tips dari saya, kalau semua info sudah terkumpul, lebih baik kamu stop mem-follow atau me-remove orang tersebut. Yah, jangan sampe ketauan dong, kita mata-matain Hihihihi..

Pada dasarnya relatif mudah mengetahui seseorang dengan internet. Akun twitter terkenal seperti @poconggg yang pemiliknya sempat membuat penasaran jagad twitter akhirnya terkuak juga berkat kejelian para stalker stalker ini. Diri kita sendiri tentu tidak luput dari “bahaya laten” seperti ini. Oleh karena itu lebih baik berhati hati jika memang ada hal hal yang tidak perlu diketahui orang. Terkadang kita memang merasa itu bukan hal penting tapi kepentingan masing-masing orang di sekitar kita berbeda beda, bisa aja hal hal tidak penting bagi kita jadi informasi yang sangat penting bagi orang lain.

Hits: 344
Share

4 Replies to “being a stalker”

  1. Tidak ada salahnya jadi stalker.
    Justru orang yang main di socmed itu yang harus tahu semua potensinya. Jangan nanti menyesal kelakuannya ketahuan karena di-stalker, hihi.
    Salam kenal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *