Setelah menunggu hampir empat tahun, akhirnya keluar juga album debutan Theodora Meilani Setyawati yang selama ini lebih populer dengan nama Tia AFI. Iseng browsing di google.. Wow, ternyata cukup banyak halaman-halaman internet yang sudah me-review album dengan judul Tulus tersebut. Tak mau ketinggalan, karena aku sempat mengikuti setapak demi setapak perjalanan Tia menuju album pertamanya ini dan karena dikomporin oleh Jolie (si manager kelas lele) –sebagai penulis kelas teri- , aku coba menulis dari sisi seorang dengan kuping dan selera yang pasaran yang kurang mengerti musik, hanya menikmatinya tapi sudah terlanjur menjadikannya sebagai satu bagian dari hidup.
Design album ini dibuat dengan konsep kupu-kupu menunjukkan Tia yang mulai bermetamorfosis menjadi seorang penyanyi yang “sesungguh”-nya. Mencoba lepas dari embel-embel AFI sudah begitu lekat dengannya dan sebagai pembuktian bahwa ia bukan produk reality show yang datang dan pergi dan “hanya” beroleh peruntungan dari jumlah SMS. She’s really born as a singer!
Mencoba untuk tetap objektif, menurutku tidak banyak penyanyi Indonesia yang berkarakter dari sisi suara. Penyanyi penyanyi dengan nama besar seperti KD, Uthe, Titi DJ, Audy, Rossa adalah beberapa diantaranya. Semoga Tia nantinya bisa disejajarkan dengan nama-nama itu. Bagiku Tia adalah magnet yang menarik aku untuk menyukai nonton reality show. Jika waktu itu (2004) aku gak denger suara TV dari kamar dengan lagu Rembulan yang ia nyanyikan, mungkin aku pun tidak akan menonton acara-acara sejenis hingga kini.
Unggulan pertama adalah lagu Tulus yang diciptakan dan dinyanyikan bersama dengan Teguh Vagetoz. Mungkin maksud Sony BMG, labelnya, perpaduan antara Tia dan Vagetoz ibarat simbiosis mutualisme, mengingat band ini memang sedang naik daun dan meski lama tidak muncul, masih banyak publik yang cukup mengenal Tia. Meski banyak orang yang menyayangkan “perkawinan” ini, dengan alasan-alasan tingkat tinggi yang susah untuk orang awam sepertiku mengerti. Seperti: “harusnya, Tia bisa dapet pasangan duet yang”lebih”, “harusnya lagu ini tidak menjadi hits pertama, mengingat Tia “bisa” kok, tanpa “pake” Vagetoz. Dan lain-lain, dan lain lain. Namun buatku, lagu yang pernah menemaniku berkeliling Banda Aceh dengan becak motor ini, tetap enak didengar. Gampang dicerna, cerita lagu yang jamak banget (selingkuh again!) dan gampang dinyanyikan buat yang amatiran di kamar mandi kayak gue! Simple. 😀
Sebenarnya Tulus, buatku pribadi bukanlah lagu favoritku. Aku lebih tune in di lagu Biarkan yang menggabungkan kekuatan vocal Tia yang powerful dengan soft voice-nya di beberapa bagian.Tentu saja tanpa mengesampingkan sisi komersil lagu dengan kekuatan Reffrein-nya yang sangat “gue banget. Lagu lain yang agak “back to jadul” adalah Harapanku. Openingnya mengingatkan akan ritme-ritme lagu 70-an tetapi dikemas dengan aransemen 2000-an. Kesimpulan : Keren. Jadul memang gak ada matinye!! (pls notice : jadul is my middle name) Moga-moga tercapai cita-cita Tia untuk “membuat” sendiri video klip lagu ini (gue casting ya, jadi modelnya :D)
Sementara dari beberapa komentar hasil googling, Sorry Mama ternyata menjadi unggulan kedua setelah Tulus. Hemm…jujur, aku sendiri kurang begitu suka dengan syairnya yang agak nyeleneh. Tentang seorang cewek yang naksir pacar mamanya. Setahuku rasanya, belum ada syair lagu serupa. Tapi musiknya??!! Top Abisss!!! DJ Sumantri sang pembuat musik menjadikan lagu ini sangat hidup, enak didengar berulang-ulang (apalagi kalo lagi bête) dengan melodi yang gampang nyantol di kepala. Kesimpulannya di album yang nyaris dikuasai oleh lagu-lagu mendayu-dayu ini, Sorry Mama berasa nendang banget.
Semoga adalah lagu yang akan dibuat video klip kedua, mengingat lagu ini akan menjadi soundtrack sebuah film dengan judul May, yang akan beredar sekitar Mei 2008. Gimana yah, pertama mendengar lagu ini, aku merasa “biasa” dan agak melihat lagu ini agak “berat”. Mungkin karena aku memang agak males sama lagu yang harus pake mikir dulu untuk dinikmati. Tia memang meledak-ledak dengan power dia di lagu ini yang (katanya) improvisasinya ngarang sendiri (tapi tetep oke kok, bu..!!), namun aku gak ketemu “klik” itu di pendengaran pertama, karena sedikit mengingatku akan beberapa lagu mellow Agnes Monica. Namun setelah mendengar berkali kali, baru terasa kalo Tia membuat roh yang sangat dalam dalam lagu ini. Harusnya masih lebih banyak lagi lagu “berat” lain yang menjadi makanan Tia. Meniru pendapat si Nangka, Tia punya potensi untuk menyanyikan lagu-lagu berat dengan musik dan aransemen yang megah seperti Listen (Beyonce) atau Hurt (Christina Aquilera). Semoga lagu Semoga ini jadi pembuka menuju itu. Lagu “berat” lain adalah “Ingin Bersamamu” berirama middle sedikit beat, terlihat sekali lagu ini cukup “melelahkan” untuk dinyanyikan. Tia terasa bukan Tia di lagu ini (gile lu, bu..gak capek tuh!!) Konon, rekaman satu lagu ini saja memakan waktu tiga hari!.
Lagu yang sayang banget kurang (atau belum) mendapat perhatian adalah “Karena Kau Tak Memilihku”. Aku jarang menemukan lagu yang bisa langsung klik di pendengaran pertama tapi lagu ini adalah bukan salah satunya. Dulu aku malah sempat berpikir ini yang bakal jadi lagu jagoan. Tembang karya Dian HP ini sederhana, berkisah cerita sederhana tapi sangat umum terjadi, gampang dinyanyikan sendiri dan dibawakan dengan penghayatan yang pollll abis. Aku percaya banget, syair lagu adalah salah satu cara untuk mengungkapkan perasaan dan sebagai media penyampai pesan. Dan lagu ini melakukan itu! Kalau pun suatu saat Sony berubah pikiran dan berniat menjadikan lagu ini sebagai hits lain, Insya Allah benar-benar jadi hits (kataguedotcom ya…). Tak mungkin menduakan cintanya, bisa jadi adalah lagu sejenis yang kurang lebih aku beri komentar sama. Dengan iringan gitar Tohpati lagu ballad ini menjadi lebih kaya, meski aku tidak menemukan “klik” yang sama seperti ketika mendengar “karena kau tak memilihku”. (Halah..curhat banget ya…)
Dua lagu lain yang tidak boleh luput adalah “selama ada hari” dan “adilkah ini”. Selama ada hari, easy listening, tapi buatku ini lagu paling biasa di album ini. Tapi lumayan untuk melengkapi “portofolio” deretan tembang yang disajikan dalam album ini. Sementara Adilkah Ini, masih adilkah untuk dikomentarin?!! No comment deh, lagu yang pernah aku putar nonstop Palembang-Jakarta (sekarang gue nyesel banget kenapa mau-maunya ngelakuin itu!!) ini tetap enak didengerin dan yang pasti sudah jadi trade mark Tia sejak menjadi pemenang AFI.
Selamat buat Tia, tetap jadi diri sendiri ya bu.. Terus gali diferensiasi lu dari penyanyi-penyanyi yang lain. Semoga album pertama ini bisa diterima dengan baik (jangan lupa tiket BTJ-CGK, PP 😀 ). Pesen gue, jangan sering-sering masukin curhatan gue ke lagu ya….. (hahahhaha..narsis seperti biasa) 😛
review yang kumplit dan baguusss.. segala ungkapan udah terjabarkan lengkap ditulisan mu nyak.. salut..
untuk ku sendiri lagu SEMOGA aku lum pernah denger sebelumnya.. bener2 pure pas cd udah diedarkan.. dan aku jatuh cinta bgt ma lagu itu.. suara Tia menghidupkan lagu tsb.. live nya apalg.. duuhhh nduk.. tetep berkarya dgn melodi indah mu yaaa..
nyaak.. curhatannya skrg yg hepi2 aja deh.. sediih mulu capeeeee euy..
hmm..
pertama, g ga terima dibilang kelas Lele!! Meski gpp juga sih, secara lele kan susah mati meski dipukul berkali-kali..mudah2an sih semangat g juga ga akan mudah mati layaknya seekor lele.. *apa sih?? kok jadi bandingin lele sama semangat?!*..
baiklah, reviewnya menarik..g suka lagu INGIN BERSAMAMU..sangat happening banget layaknya lagu anak muda jaman sekarang. Untuk versi mellow yellow, g sungguh terhipnotis dengan lagu TMMC.. wow, menyayat hati..sungguh terlalu
btw, sudahkah kau hipnotis temen2 lo untuk beli CD nya ?? dan kapan kau akan mengundang ibu ke Atjeh ?? Plis deh..*tetepdagang.com*
waah,,,, kalo gw sih singkat aja… TIA akan jadi diva,,,, kita buktiin deh, gimana nggak,, sekarang ini banyak penyanyi cewek yang “gak banget” tuh,,, Tia tetep hadir dgn kualitas yang SUPER.