Gara-gara semalem perempuan-perempuan mess itu nge-gosipin Mayangsari, sore ini gue iseng masukin “mayangsari” ke om google. Fantastis! Dalam waktu 0,04 detik keluar 98 ribu record ber-referensi Mayangsari. Meskipun tidak seluruh URL yang terjaring adalah Mayangsari yang dimaksud, tapi kira-kira sebegitulah bagaimana wanita Purwokerto ini merebut perhatian media.

Sumpah, gue gak meng-idolakan dia, meskipun dulu (banget) ada beberapa lagu dia yang sempet gue suka. Gue gak kenal sama dia dan yang pasti gue gak peduli sama hidup dia. Dia mo kawin sama Bambang kek, Yanto kek, Michael kek atau Bill Clinton sekalipun. EGP. Tapi yang sedikit menggelitik adalah nenek-nenek di mess yang demennnnnnnnnnn banget ngomongin nih cewek. Dengan berapi-api (dan agak sotoy) persis ketika Sumpah Pemuda dicetuskan di tahun 1928. Katanya sih mereka gak nge-fans, tapi setiap ada gosip soal Mayangsari kok ya tau-tau nya, gitu. Dari yang katanya si Mayang dibeliin rumah di Menteng, Mayang dimarahin sama keluarga Cendana sampe anaknya harus tes DNA karena diperkirakan itu bukan anak Bambang. Kok mukanya gak mirip ya, kok jelek ya ?, kok gak kayak Bapaknya ya? Loh..kok bisa-bisa nya tau ? Lah, padahal sebagai sesame cewek matre, mereka (termasuk gue), kayaknya jadi istri ke enam pun rela. (hehehe…)

Semua gara-gara si Mayang ini kawin (siri) sama trah Cendana yang tajir mampus dan awalnya konon“hanya” jadi istri simpenan. Lalu semakin berjalannya waktu dari yang ngumpet-ngumpet trus malah jadi terang-terangan. Dari selir mau jadi permaisuri. Ibarat pepatah, dikasih betis mau paha, dikasih hati minta jantung. Sampe-sampe si laki-laki bela-belain mau menceraikan istri pertamanya. Sementara si Halimah keukeuh sumeukeuh gak mau cerai. Lalu timbul perang bubat antara keduanya. Ketebak, Si Mayang-lah yang jadi kambing hitam semua ini.

Buat gue, sumpah gak menarik! Atau lebih tepatnya: membosankan! Standar banget. Mungkin ada ratusan bahkan ribuan kejadian begitu di orang-orang biasa. Gue gak belain salah satu pihak dan yang pasti tidak bisa men-judge kalo semua orang gak suka sama si Mayang si perusak rumah tangga orang. Gue cuman bisa liat dari sudut pandang gue, so what gitu? Yang keluar di permukaan (di media) menurutku hanya permukaannya saja. Di lapisan dalam hanya tiga pihak itu, Bambang-Halimah-Mayang yang tau penyebabnya. Terlalu dini dan prematur rasanya untuk mendoktrin si Mayang yang mau merebut semua harta kekayaaan si Bambang and then harus jadi satu-satunya istri. Toh, kalo mau harta gak usah jadi permaisuri dia juga udah dapetin semuanya. Tapi entahlah, kalo itu dirasa belum cukup. Tapi sekali lagi, aku gak akan men-judge itu only based on apa yang aku tahu dari media yang selalu memang kerjaannya menggerakkan opini orang-orang atas apa yang mereka bangun (baca: tulis atau siarkan)

Aku percaya hanya ada satu kata yang menggerakan itu semua; cinta. Entah cinta itu awalnya datang dari harta, paras yang rupawan, sifat, tingkah laku atau semua yang lahir karena kebersamaan. Cinta juga yang menghendaki pada satu titik si Bapak itu harus memilih antara si Mayang atau si Halimah. Cinta juga yang membuat ada yang terus bertahan sementara di pihak lain ada yang harus rela melepaskan. Ini terlepas dari apakah cinta itu sungguh sungguh tulus atau sudah terkontaminasi oleh harta dan intrik intrik di dalamnya atau beriringan dengan tipu daya “hitam” untuk memunculkan cinta itu sendiri.

Apa yang tidak bisa dibutakan oleh cinta? Cinta yang menumbuhkan kesetiaan, tapi cinta juga yang menyebabkan pudarnya kesetiaan. Cinta yang meyakinkan tidak akan ada pengkhianatan tapi cinta juga yang memicu terjadinya pengkhianatan. Cinta yang membawa kepercayaan tapi cinta juga yang mampu menghilangkan kepercayaan. Cinta itu melahirkan cinta tapi cinta juga yang membunuh cinta. Paradoks. Tapi begitulah lingkaran kehidupan dan tema seperti ini tidak akan pernah pudar dimakan jaman. Biarkan Bambang-Halimah-Mayangsari berputar putar sendiri di masalah standar itu.

Pada akhirnya tidak ada yang menang atau yang kalah. Hanya kesiapan salah satu pihak ikhlas menerima yang terburuk yang bakal terjadi. Toh, cinta abadi itu hanya ada di judul film dan judul lagu.