gempa (lagi)


Aceh Lon Sayang / Monday, February 25th, 2008

Seorang kakak kelas ketika aku baru tiba di Aceh sempat bertanya; Eh, di kamarmu ada sarung, handuk lebar atau kain panjang, gak ?  Sebelum kujawab, kutatap matanya dalam-dalam, mencoba mencari arti pertanyaan ganjil itu. Mengerti kebingunganku, dia melanjutkan. Begini loh, Vik.. disini itu kan sering banget gempa, makanya di rumah harus selalu sedia kain panjang. Jadi misal nih, kamu mandi terus tiba-tiba terasa ada yang bergoyang-goyang, gak usah mikir lagi, langsung lari dan pake tuh handuk atau kain yang lebar.

Setelah nyaris delapan bulan di Aceh, aku sudah tidak ingat lagi berapa kali penghuni pasar induk itu lari kegempa1.jpgluar dari lapaknya karena kursi putar yang tiba-tiba berubah jadi kursi goyang, atau penghuni mess yang terbangun kala tidur tengah lelap, karena lampu kamar dengan kabel panjang yang tak dinyana melambai-lambai. Gara-gara sering gempa ini pula aku hampir tidak pernah mengunci kamar,  maklumlah, kuncinya suka macet, tau tau gak bisa dibuka, dan aku pun terkurung sendirian persis anak kecil yang dihukum Ibunya karena susah disuruh tidur siang.

Karena keseringan itu pula, setiap habis gempa dan ada yang bertanya; “Gempa ya disana, lu gak apa-apa?” Aku selalu menjawab dengan sombong “Tenang aja, udah biasa”.  Jumawa banget deh. Hingga saat ini Alhamduillah dan Insya Allah aku belum kualat dengan kesombongan itu. Tapi entahlah apa karena itu, kini sudah jarang yang menanyakan hal serupa jika gempa terjadi  lagi. Apa mereka sudah mengikhlaskan aku?   They love me not…they love me not….They love me not…Hikss…Hikss…gempa2.jpg

 Pun gara gara gempa dan tsunami tiga tahun lalu, aku iseng-iseng meregistrasikan nomer ponselku untuk menerima pesan info gempa dari BMG berdasarkan running text di salah satu TV swasta. Sempat cukup menganggu karena setiap hari 24 jam aku mendapat pesan minimal satu  gempa di wilayah Indonesia. Pernah dalam sehari tercatat lebih dari 10 gempa. Sampai sampai sms-nya belum dibuka pun langsung kuhapus.  Tapi kini manfaatnya terasa, karena bertambahlah satu side job-ku sebagai penyampai info gempa.  

Nah, tiga hari yang lalu, ketika gempa berkekuatan 6,6 SR (yang kemudian diralat menjadi 7,5 SR)  mengguncang Sinabang Simeulue yang menewaskan tiga tewas dan puluhan orang luka-luka (duh..nulisnya udah kayak kayak Liputan 6), tak ketinggalan aku bersama rombongan pasar itu ikut berlari-lari ke selasar di depan ruangan. Bisa dipastikan selasar memang sudah dipenuhi manusia-manusia lain dari stand berbeda dan sama sama menunggu guncangan itu mereda hingga tiga hingga lima menit kemudian. Tapi ditengah kemeriahan itu aku masih sempat mengambil beberapa foto berikut. Hebatnya,  awak Pusdatin yang memang banci kamera tetap sempat bergaya ketika kamera disorongkan. Inilah hasilnya.

Hits: 983
Share

4 Replies to “gempa (lagi)”

  1. Muka lo mana vik? kok malah lo yg moto? gue kan pengen liat muka lo yang panik. Soalnya kebiasaan ngeliat muka lo yg biasa nyela orang..ha..ha..Tulisan lo udh bisa dikirim ke redaksi liputan 6 tuh…

  2. emang ada gempa….. ?? kayaknya kagak ada tuh…
    mungkin tergantung amalannya kali….
    semakin banyak dosa semakin kerasa gempanya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *