Digitalisme: Tidak Ikut Berarti Ketinggalan


Obrolan, Opini / Friday, June 3rd, 2016

Di sebuah kedai kopi dengan secangkir cappucino hangat, Saya mencatat beberapa beberapa aktivitas yang harus saya lakukan hari ini. Mulai dari membayar tagihan, merespon email-email klien, mengupdate website, belanja beberapa kebutuhan sehari-hari, membeli tiket liburan saya bulan depan hingga mengirim beberapa pesanan teman. Beberapa tahun lalu, saya tidak membayangkan jika kini semua itu bisa dilakukan hanya dengan jari, sembari duduk santai mendengarkan musik.

***

Teknologi yang mengubah dunia

Kesibukan, keterbatasan waktu dan kompleksitas aktivitas kita sehari-hari menuntut semua hal dapat dikelola dalam sebuah platform yang dapat digunakan dimana saja dan dipantau kapan saja. Kalau dulu komputerisasi sistem hanya digunakan sebagai repository (media penyimpanan data), kini pergerakan perkembangan sistem menjadi bagian penting sejak pengelolaan informasi hingga proses pengambilan keputusan. Pergerakan jumlah pelanggan, perubahan pembelian bahkan kondisi komplain customer bisa dipantau secara real time yang bisa berubah dalam hitungan menit. Tidak untuk pekerjaan-pekerjan strategis saja, hampir semua sisi kehidupan kini sudah menyatu dengan digitalisme. Seperti kegiatan saya pagi ini, pernahkah dulu kita berpikir,  dari membeli saham bluechip hingga membeli nasi bungkus bisa dilakukan cukup dengan satu jempol saja?!

Media Sosial pun mulai naik pangkat, kalau dulu “cuma” dianggap buku harian personal digital, kini menjadi bidang yang digarap sangat serius oleh berbagai perusahaan swasta bahkan pemerintah. Pernahkah dulu Anda berpikir ocehan kecil kita di twitter ternyata bisa mempengaruhi satu perusahaan mengambil keputusan penting?  Kumpulan  status, ocehan, foto, pendapat, komplain itu menjadi bagian dari  big data, sebuah terminologi yang sedang hits di dunia teknologi. Sudah tidak aneh, saat ini mulai banyak perusahaan kecil maupun besar membuka jalur sosial media sebagai wadah untuk memasarkan produknya, berkomunikasi dengan pelanggan, memperoleh feedback, masukan hingga keluhan dari pelanggannnya. Bahkan beberapa lembaga pemerintah pun mulai terbuka melalui keseriusan mengelola  media sosial untuk membangun komunikasi dengan masyarakat terutama terkait pelayanan publik.

***

Kompetensi Digital Sebagai Kunci

Seperti yang tadi diuraikan diatas, teknologi sudah menjadi keniscayaan yang tidak  bisa dihindari.  Techniasia.com sebuah website yang khusus membahas perkembangan teknologi digital menyebutkan, hingga 2015  ada 72 juta pengguna internet aktif di Indonesia, dimana 62 juta diantaranya menggunakan sosial media. Dalam gambaran lebih luas lagi, kepemilikan ponsel di Indonesia sudah mencapai 308 juta ponsel.  Pertumbuhan pengguna sosial media tahun lalu sebesar 19%. Wajar, jika akhirnya pejabat dari tingkat lurah hingga Presiden pun aktif di sosial media. Dunia digital sudah menjadi satu ekosistem baru dimana semua orang akan terlibat di dalamnya. Tidak terlibat berarti ketinggalan.

Nah, Kalau sudah begini…masihkah kita enggan mempelajari lebih jauh tentang dunia digital?  Eits, ini bukan cuma masalah gagap teknologi (gaptek) atau tidak, loh!… Kadang kita merasa, jika sudah mahir menggunakan ponsel canggih,  menggunakan berbagai aplikasi online, rajin mengupdate status di media sosial artinya kita tidak gaptek. Jangan salah, yang sebenarnya lebih penting dipahami adalah bagaimana kita dapat mengimplementasikan teknologi itu dalam pekerjaan dan perusahaan. Pengetahuan dan penguasaan akan teknologi digital menjadi keharusan di semua lini perusahaan dan pelaku bisnis. Mengikuti training-training atau seminar bertema penguatan kompetensi digital bisa jadi satu pilihan yang bagus. Namun sejatinya, pengetahuan hal ini akan lebih “nendang” jika kita terlibat di dalam proses yang menggunakan teknologi itu sendiri. Jangan lupa, sering membaca dan mengikuti perkembangan teknologi juga  bisa jadi tempat belajar yang mumpuni.

Teknologi digital bukan saja tools tapi sudah menjadi bisnis itu sendiri. Memahami dunia digital tidak sekedar dapat mengoperasikan aplikasi dan mengetahui proses bisnis penggunaan teknologi itu. Namun lebih jauh dari itu, setiap individu yang terlibat wajib mengetahui bagaimana teknologi mampu membuat proses bisnis menjadi lebih mudah, efektif, efisien yang pada akhirnya memberikan profit lebih baik bagi perusahaan dan memenangkan kompetisi.

***

Vika Octavia. Cisarua, 3 Mei 2016

 

Hits: 594
Share

6 Replies to “Digitalisme: Tidak Ikut Berarti Ketinggalan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *