Tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, berdesak-desakan di tengah ribuan orang mencari tempat paling tepat untuk bisa bersalaman dengan Presiden ke 7 Republik Indonesia. Selama ini jika menonton “tingkah serupa” orang lain di TV saya paling cuma ketawa sambil berucap: “Ih, mau mau aja sih..panas-panasan sampe kejepit jepit begitu”… Apalagi sampai akhir tahun lalu, saya sempat bekerja di lingkungan Istana Negara yang punya pass bebas masuk areal Istana tanpa dipelototin dan ditanya-tanyain Pasmpres. Meskipun selama hampir tiga tahun itu, gak pernah selfie sama SBY, bisa keluar masuk dan foto-foto di lingkungan Istana saja sudah jadi prestise tersendiri yang mungkin tidak mudah didapatkan orang lain.
Again…takdir berkata lain. Kemarin, dalam pagelaran Festival Cap Go Meh di Bogor, saya niat banget cari jalan agar bisa selfie dengan Presiden. Niat awalnya cuma mau nyobain HP baru saya yang super keren kamera-nya, bak fotografer profesional dan bisa dipake selfie dengan resolusi tinggi cuma dengan melambaikan tangan atau nyengir di kamera. *Ssst, sumpah ini gak beli..ini pinjemin seumur hidup dari seroang sahabat* Saya pikir, okeh juga nih kalau dipake moto barongsai dan atribut-atribut perayaaan Cap Go Meh yang merah meriah. Ternyata perayaan tahunan ini dibuat lebih meriah dari sebelumnya karena diperluas menjadi Festival Budaya Bogor yang juga diisi pawai berbagai budaya lokal dan nasional. Lebih serunya lagi, Pakde Wiwi alias Om Jokowi, Presiden kita ikutan membuka acara. Beliau memang saat ini lebih banyak bermukim di Bogor, rasanya keluar pagar istana yang cuma berjarak sekitar 200 meter dari tempat lokasi sih gak susah-susah amat lah!
Di lokasi yang dipenuhi ribuan umat itu, saya dan seorang teman kelimpungan mencari tempat yang pas. Kejepit sana-sini, panassss, rebutan tempat dan kaki keinjek-injek. Tiba-tiba saya sirikkk banget sama panitia dan tamu-tamu yang duduk santai di tenda khusus sambil minum teh botol.Huhh..rasanya pengen nonjok! Dan pengen bilang: Eh, I was there yaa!! Enak amat luu duduk-duduk aja!! Tidak kurang akal, teman saya yang mantan anggota Resimen Mahasiswa bilang bahwa kita harus melihat posisi strategis dari atas. Kebeneran deket tempat acara ada mall. Meski pintu utama masuk mall dijaga polisi dan ditutup, ternyata pintu belakang dan samping, tidak sodara-sodara! Horeee.. Kami lalu naik ke lantai paling atas dan memantau posisi kosong dari sana. Di posisi itu, akhirnya saya melihat pintu keluar Presiden dan kami pun mulai berpiki bagaimana caranya bisa ada di jejeran paling depan. Singkat cerita, dengan kaki yang udah lumayan pegel, kami turun lagi dan mulai sedikit sedikit masuk ke gerbang utama Kebun Raya Bogor
Entah baca doa apa, kami pun akhirnya berada pas di belakang pagar betis Paspamres. Huhh..rasanya lega… Sekitar 15 menit sebelum Presiden keluar saya sibuk ngetes kamera keren tadi. Utak atik..klak..klik.. Pokoknya sibuk!! Untungnya Paspamresnya ramah-ramah, malah saya sempat bercanda dengan mereka. Saya juga melihat penampakan Pak Anies (Mendikbud) dan Pak Ahmad Heryawan (Gubernur Jabar) dan tentu saja Kang Bima Arya, Walikota Bogor.
Jreng-jreng..saking sibuknya dengan kamera tadi, saya sama sekali lupa bahwa Pak Jokowi sudah keluar, sampai akhirnya saya balik badan dan Ia tepat ada di belakang saya, menyodorkan tangannya untuk bersalaman! Sumpah kaget banget, karena beliau hanya nyamperin barisan saya di kanan, bukan barisan seberangnya (di kiri). Duhhh..gak sempet lagi moto-moto, saya udah gak inget menu kamera-nya, malah bengong! Bego gak sihh ???? Lalu Ia berlalu begitu saja, meninggalkan saya dan teman saya yang masih cengok gak percaya. Dipikir-pikir mungkin dia nyamperin barisan kanan, karena kasian ngeliat saya yang sibuk dengan kamera yang tak seberapa (bukan kamera Bu Ani). Hahahaha
Mungkin buat sebagian orang, ketemu Presiden itu biasa. Buat saya juga biasa! Tapi “kurang kerjaan” memburu beliau dengan cara begini rasanya luar biasa!! Bukan sombong, dulu saya sering ikut acara-acara kenegaraan yang dihadiri banyak pejabat penting, tapi memburu orang penting ala “rakyat jelata” kemarin beda banget dengan yang biasa duduk manis kemudian antri salaman dengan fotografer khusus. Meski mendukung beliau ketika Pemilu, eittt jangan salah, Saya bukan orang yang mendewakan beliau. Tapi mau gak mau sekarang dia Presiden kita kan… Terlalu naif menilai negatif padanya saat ini, karena ngurus negara bukan kayak memelihara tuyul, ada masalah sekarang besok selesai. Dari keisengan pengen selfie ini saya makin merasa beliau (berusaha) sangat dekat dengan masyarakat. Jadi saya masih tetap menitipkan kepercayaan besar padanya.
Oya, setelah gagal selfie dengan Pak Jokowi itu, niat untuk menonton pawai tetap berlanjut dong. Seru dan meriah. Baru kali ini nonton pawai di Bogor isinya yang hampir sama dengan Pawai 17 Agustus di Istana Negara. Jalan Suryakencana, kawasan Pecinan di Bogor, ditutup hingga pukul 12 malam untuk acara ini. Sekedar informasi, dedung-gedung di daerah ini masih banyak yang mempertahankan bentuk aslinya. Suryakencana sejak dulu jadi pusat kuliner di Bogor. Konsepnya bukan restoran, kebanyakan pedagang kaki lima yang sudah berjualan hingga puluhan tahun. Di sini ada seorang pedagang martabak manis, Bapak tua berumur sekitar 70 tahun yang masih memasak dagangannya dengan arang!. Dagangannya laku, meski kita harus nunggu luaaammaa banget.. Ya, bayangin lah bo..masaknya pake areng! Hebatnya meski laris, ia tidak berjualan berlebihan. Jika adonannya sudah habis, ia tidak akan menambah adonan lagi, meski masih ada yang minat membeli.
Perayaan ini tidak hanya menjadi milik warga keturunan Tionghoa tapi juga seluruh orang Bogor. Bahkan jadi atraksi turis yang menarik sekali. Saking universal-nya keramaian ini, ketika waktu sholat magrib tiba, pawai berhenti sementara, alasannya Barongsai-nya sholat magrib dulu. Hahahaha..
Ah, jarang-jarang jadi turis di kota sendiri…
[…] kalau hujan pun becek, ternyata tiap akhir pekan daerah ini pasti penuh dengan pengunjung. Oh ya, tahun lalu, saya sempat kesini juga, menyaksikan Pesta Rakyat yang memang digagask bersamaan dengan perayaan […]
[…] protes! Aduhh..ini beda banget dengan pengalaman saya mengejar beliau di Car Free Day Bogor atau Cap Go Meh Festival di Bogor tahun lalu. Saya sempat memberikan kenang-kenangan Buku Jam Weker buat beliau. Berharap banget […]