Kata anak-anak (7bi@rpoppy.com), gue angkatan 52, kata Apop, Jadul is my middle name, kata Rynal dengerin lagu-lagu gue berasa naik bis malam (jurusan Medan-Padang Sidempuan) Kalo Tukul Arwana kenal gue, mungkin dia akan bilang gue ‘katro”. Tapi aku sendiri lebih suka menyebut diri sebagai manusia yang menghargai sejarah musik, khususnya musik Indonesia.. Hehehhe..
Gak ada yang salah sebenarnya, hanya masalah selera. Ketika mereka memilih Beyonce aku memilih Rafika Duri, ketika mereka memilih Pussy Cat Dolls bisa jadi aku memilih Trio Libels, ketika mereka memilih Rihanna yang lagi happening itu aku lebih tertarik dengan lagu lawasnya Memes. Bahkan duet Rano Karno-Nella Regar, lebih menarik dibandingkan duo maut Acha –Irwansyah.
Menggemari lagu-lagu purbakala semacam itu, mungkin karena terbawa atmosfir masa kecilku dulu. Papa (alm) adalah penggila musik. Seingatku dari bangun tidur papa sudah mulai dengan menyetel Elvis Presley & Jim Reeves, menjelang siang artis JK Record (Pance Pondaag, cs) hingga malam diakhiri dengan duet Broery-Dewi Yull yang sangat populer di masanya. Itu belum pemutaran lagu-lagu Ida Royani, Lilis Suryani, Gatot Sunyoto- dan artis-artis dengan nama yang menurut ukuran sekarang sangat tidak komersil.
Kini, Music, No body can life without music! Mengomentari musik, artis-artis karbitan hasil berbagai reality show adalah salah satu hal yang sangat menyenangkan buatku. Berbekal pengalaman yang sangat minim di dunia pernyanyian dan sense of music yang juga sangat pasaran dan minimalis, berkomentar tentang festival-festival tersebut membuatku serasa menjadi saingannya Bens Leo yang disesuaikan menjadi Bens Libra sesuai rasi bintangku, Mulai dari Delon yang konon cuman jual tampang, Mike yang kalo nyanyi bikin gue ngantuk tapi suaranya festival banget sampai Rini yang masih perlu tambah jam terbang. Itu belum semangatku yg berapi-api ketika mengomentari Margareth Mamamia yang menurutku sangat layak mengalahkan anak-anak Idol dan Ajeng yang otodidak tapi sangat potensial. Tak lupa si Ibu Theodora alias Tia AFI yang buat gue tetep star of the star diantara mereka. Dari olah vocal, performance sampai attitude mereka seolah-olah jadi makanan empuk buat dikomentarin, dan ada saja gosip-gosip off air alias belakang panggung yang selalu aku dapat dari sumber-sumber terpercaya. Bukti-bukti seperti itu menambah ke-pede-an sendiri ketika berkomentar di hadapan teman-temanku khususnya teman-teman yang sedikit awam soal ini. Hahahha…Sekarang aku jadi bingung, menelaah ulang; apa sih bakat asli gue ? Main catur, main yoyo atau jadi komentator bola ?? Loh ???!!
Kayaknya bakat lu yang paling jelas tuh tukang gosip ka,…huahahahha,…bahagianyaaaaaa gw
bakat kaka’ sie pengamat artis ya hususnya penyanyi . ., and tukang gosip juga heheheheh