Sebelum kenal dunia blogger, saya selalu berpikir bahwa Pemerintah-lah yang paling bertanggung jawab terhadap pariwisata di Indonesia. Jika pergi kemana-mana dan melihat buruknya pengelolaan pariwisata saya pun ikutan mengumpat. Kita semua tahu Indonesia ini alamnya cantik luar binasa eh..luar biasa. Kok begini-gini aja ngurusnya? Di sisi lain, saya juga merasa (semoga cuma perasaan saya saja sih) promosi pariwisata nasional seolah-olah cuma membidik turis manca negara? Kok begitu yaa? Sementara orang yang punya kemampuan di negara kita lebih seneng rutin melancong ke Malaysia dan Singapura, negara tetangga termaju saat ini.
Sebuah artikel di Tempo beberapa waktu lalu menyebutkan pertumbuhan industri pariwisata Indonesia pada 2014 mencapai 9,39%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7%. Total pendapatan negara di sektor ini adalah Rp347 triliun atau 23% dari dengan total pendapatan negara. Sektor pariwisata juga menempati urutan keempat sebagai penyumbang devisa negara di 2013.
Saat pengelolaannya terlihat masih banyak cela dan kurang disana-sini, sektor pariwisata bisa dibilang paling kinclong perkembangannya. Bayangkan saja jika sektor ini ditangani dengan lebih serius. Sayangnya saya tidak punya data dari nilai itu berapa kontribusi turis mancanegara dan turis lokal. Walau demikian saya yakin sepenuhnya, industri ini bisa tumbuh dan punya peluang besar dari wisatawan lokal.
Menurut saya, hitungan jumlah wisatawan dengan makin baiknya wisata ibarat menebak ayam dulu, atau telur dulu. Apakah menunggu turis banyak dulu baru punya biaya untuk memperbaiki atau diperbaiki dulu baru turis berdatangan. Jika kita tidak memikirkan peran apa yang bisa kita lakukan, pastilah sebagian besar akan memilih opsi kedua yang artinya menyerahkan semuanya ke pemerintah. Jika ini dilakukan seharusnya diiringi promosi agar biaya pekerjaan ini bisa berputar dan prosesnya tidak berhenti.
Nah, porsi promosi inilah yang bisa saya bantu sebagai seorang blogger. Tidak harus menunggu pemilihan putra-putri atau duta-duta pariwisata untuk melakukan upaya ini. Sama sekali tidak mengecilkan keberadaan ajang pencarian bakat seperti itu. Tapi kita harus realistis, jika butuh informasi tujuan wisata, kemana kita kini mencari? Nelpon duta wisata atau googling? Silakan dijawab sendiri. Mohon abaikan kurangnya pengetahuan saya akan hal ini. Kalaupun dibuat semacam survei, saya yakin sekali blogger adalah tools ampuh untuk membuat wisata lokal kita berjaya.
Dengan alamnya yang cantik sangat disayangkan jika sebagian besar penduduk yang bermukim di daerah wisata kita masih miskin. Seorang teman saya yang bekerja di sebuah NGO lingkungan, saat ini tengah melakukan sebuah program untuk mengurangi kemiskinan di beberapa lokasi wisata di NTT. Miris jika kita selalu melihat dengan nyata banyak yang jalan-jalan ke Singapura cuma untuk belanja. Jelas-jelas hal ini cuma memberi devisa buat negara lain. Jika saja uang itu bisa dialihkan ke mereka yang bergantung hidupnya dari wisata alam, bukan saja devisa, penurunan tingkat kemiskinan pun terbantu.
Memang sih, secara logika wajar juga mereka memilih berakhir pekan di Singapura, wong tiketnya lebih murah. Nah, ini pun seperti telur atau ayam. Harga tiket pesawat akan mengikuti jumlah permintaan. Jika permintaan banyak, harganya cenderung akan murah, karena akan membuat persaingan maskapai menjadi sengit. Siapa yang mau mulai beli tiketnya? Ya, kita juga dong.. Masak berharap duluan sama turis asing.
Karena cinta itu lahir dari melihat dan merasakan.
So, sejatinya duta wisata bangsa ini ya ..kita sendiri. Siapa sasaran utamanya? Ya kita-kita juga. Menjadi pekerjaan kita juga sama-sama bagaimana membuat penduduk Indonesia menjadi lebih mencintai negaranya. Bagaimana caranya? Dengan lebih banyak berkunjung ke berbagai wilayah negeri. Karena cinta itu lahir dari melihat dan merasakan. PR pemerintah membuat bagaimana infrastruktur pariwisata menjadi lebih baik, akomodasi memadai, harga tiket menjadi lebih terjangkau dan lain sebagainya. Sebagai blogger saya bersedia membantu habis-habisan untuk mempromosikan Indonesia. Semoga Pemerintah mendukung upaya ini dengan optimal.
Dibuat bersama-sama dengan Tim TravelBloggerIndonesia
Baca Juga!
silakan kunjungi surat yang lain di :
Lenny Lim – Surat Untuk Menteri Pariwisata
Wira Nurmansyah – Sepucuk Surat untuk Menteri Pariwisata
Indri Juwono – Peduli Budaya Lokal untuk Pariwisata Indonesia
Farchan Noor Rachman – Surat Terbuka untuk Menteri Pariwisata
Rijal Fahmi – Pariwisata Indonesia dan Segala Problematikanya
Titi Akmar – Secercah asa untuk Pariwisata Indonesia
Parahita Satiti – Surat untuk Pak Arief Yahya
Yofangga Rayson – Pak Menteri, Padamu Kutitipkan Wisata Negeri
Indri Juwono – Peduli Budaya Lokal untuk Pariwisata Indonesia
Matius Nugie – Merenda Asa untuk Pariwisata Kota Indonesia
Olive Bendon – Indonesia, Belajarlah pada Malaysia
Bobby Ertanto – Dear Menteri Pariwisata Indonesia
Danan Wahyu – Repackage Visit Indonesia Year
Firsta Yunida – Thought and Testimonial : Tourism in Indonesia
Felicia Lasmana – Target 1 Juta Wisman Per Bulan menurut seorang Biolog, Pejalan, dan Blogger
[…] Pariwisata Indonesia; Telur dulu, atau Ayam dulu? — Vika Octavia […]
“Total pendapatan negara di sektor ini adalah Rp347 triliun atau 23% dari dengan total pendapatan negara” Memang kalau pariwisata bisa dimanfaatnkan dan diatur dengan benar oleh pemerintah untuk rakyatnya, mungkin indonesia bisa bertahan bahkan tanpa jualan minyak, batubara atau nebang hutannnya secara ngawur 🙁
[…] Vika: Pariwisata Indonesia […]
[…] Pariwisata Indonesia; Telur Dulu atau Ayam Dulu – Vika […]
[…] Pak Arief Yahya Titi Akmar – Secercah Asa Untuk Pariwisata Indonesia Vika Octavia – Pariwisata Indonesia; Telur dulu, atau Ayam dulu? Lenny Lim – Surat untuk menteri […]
kak, datanya lengkap bener, hehe
saluutt..
jadi kesimpulannya ayam dulu apa telur dulu?
#eh..
[…] Pariwisata Wira Nurmansyah – Sepucuk Surat untuk Menteri Pariwisata Vika Octavia – Pariwisata Indonesia : Telur dulu atau Ayam dulu? Farchan Noor Rachman – Surat Terbuka untuk Menteri Pariwisata Rijal Fahmi – Pariwisata […]
[…] Vika Octavia – Pariwisata Indonesia: Telur Dulu atau Ayam Dulu? […]
[…] Vika Octavia – Pariwisata Indonesia: Telur Dulu Atau Ayam Dulu? […]
[…] Menteri Pariwisata Wira Nurmansyah – Sepucuk Surat untuk Menteri Pariwisata Vika Octavia – Pariwisata Indonesia : Telur dulu atau Ayam dulu? Farchan Noor Rachman – Surat Terbuka untuk Menteri Pariwisata Rijal Fahmi – Pariwisata […]
kak aku skrg korban sering ke singapur lho semenjak mutasi ke Batam.. tapi bukan belanja ya cuma jalan2 gratis, cari museum gratis dan sponsor 😀
Kak Jus, bener kita promo dari kita untuk kita sendiri lagi, saling silang informasi untuk kita, tapi pengennya gimana bisa informasi yang kita punya juga bermanfaat bagi destinasinya juga. Jangan sekadar informasi yang cuma diketahui tapi gak ditindaklanjuti.
Ya kan kak? Info dr blogger bisa dijadikan basis data buat pariwisata 🙂
Apakah dengan demikian serba relatif ya… 🙂
[…] Dan Segala Problematikanya Titi Akmar – Secercah Asa Untuk Pariwisata Indonesia Vika Octavia – Pariwisata Indonesia; Telur dulu, atau Ayam dulu? Wira Nurmansyah – Sepucuk Surat Untuk Menteri Pariwisata Yofangga Rayson – Pak Menteri, […]
[…] Vika Octavia – Pariwisata Indonesia; Telur dulu, atau Ayam dulu? […]
setuju banget kak. seharusnya jangan terlebih dahulu menunggu turis nya banyak yang datang. bagaimana mau turis nya banyak yang datang kalau infrastruktur dan yang lainnya buruk? harus dari semua stakeholder yang berperan disini kakak.
[…] Vika Octavia – Pariwisata Indonesia : Telur dulu atau Ayam dulu? […]
Mau telor atau ayam dulu, aku sech ngak masalah. yang penting ada sambel trus nasi nya anget #disiram
[…] gencar wisata lokal. Boleh dibilang, saya tidak terlalu peduli dengan tiket ke negara tetangga, karena bagi saya target besar pariwisata kita adalah bangsa kita sendiri. Bisa jadi termasuk juga mereka yang demen bolak balik ke Singapura atau Malaysia yang menghabiskan […]
Konsentrasiku hilang gara-gara komennya Mas Cumi! :)))))
Kak Vika, tulisannya menarik tapi menurutku fokus pariwisata baiknya digarap untuk turis domestik dan juga turis internasional. Peluangnya sama besarnya. 🙂
Firsta: Yes! Betul, aku cuma suka gemes sama orang yg lebih tau negara orang drpd cinta negaranya sendiri. Kalau orang lokal seneng jalan2 dalam negeri, secara gak langsung mereka bisa jadi duta wisata kita juga..
Jadi pengen juga promosiin pariwisata indonesia, udah ngelancong banyak tapi gak bisa nulis kayak elu…
Oh btw, ayam dulu baru telur. Karena cangkang telur terbuat dari protein yang hanya ada di ayam betina. *serius mode*
[…] Pariwisata Wira Nurmansyah – Sepucuk Surat untuk Menteri Pariwisata Vika Octavia – Pariwisata Indonesia : Telur dulu atau Ayam dulu? Farchan Noor Rachman – Surat Terbuka untuk Menteri Pariwisata Rijal Fahmi – Pariwisata […]
Wah bagus artikelnya , informasinya lengkap 😀
iya nih masi bingung min , jadinya ayam dulu apa telur dulu ? -_-
setuju sekali. banyak sekali hal-hal
yg menarik dari indonesia yg belum diangkat. indonesia bukan saja pemandangan yang indah tapi juga keragaman budanya