Ajakan seorang teman untuk menyusuri kaki gunung salak di pagi hari, sungguh sulit ditolak. Hampir dua puluh tahun menjadi penduduk Bogor tidak berarti saya sudah khatam lekuk-lekuk daerah ini.
Ada beberapa deretan gunung yang melingkupi Bogor diantaranya Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Halimun dan Gunung Bunder. Saya tidak tahu pasti posisi letak geografis mereka. Pagi itu kami hanya menyusuri kaki Gunung Salak hingga sampai lereng Gunung Halimun dan Gunung Bunder.
Cuaca pagi itu agak mendung, rasanya saya belum siap untuk mandi dan belum mood buat sarapan. Dengan si Jus Alpukat mobil kecil saya menuju Ciapus, sebuah desa terdekat sebagai meeting point kami. Berharap disana saya bisa menemukan makanan yang pas buat sarapan. Benar saja, baru memasuki pedesaan kami bertemu dengan pedagang tahu bulat keliling. Lucunya, jika yang lain menggunakan gerobak, pedagang yang satu ini cukup kreatif (dan bermodal cukup), dengan menggunakan mobil bak terbuka. Terang saja dia laris, karena cuma mobil jenis ini yang bisa naik sampai ke desa terujung yang jalannya menanjak dan berliku. Ah sayang, seharusnya tahu garing itu bisa dinikmati dengan secangkir kopi hitam dengan pemandangan alam pegunungan.
Saya yang berKTP Bogor baru tahu di sepanjang jalan menuju Gunung Salak banyak ditemui Situs-situs peninggalan purbakala peninggalan zaman Megalitik. Walaupun saya tidak sempat masuk melihat-lihat, selalu ada papan penanda Situs yang dibuat oleh Dinas Pariwisata Bogor. Belum optimal memang, namun setidaknya Pemda sudah memberi perhatian untuk obyek-obyek tersebut. Sebagian besar situs tersebut berbentuk batu-batu yang dulu nampaknya merupakan wujud sebuah bangunan. Ya, jalan menuju Gunung Salak ibarat jejak-jejak tradisi megalitikum.
Hal lain yang juga baru saya tahu, ternyata disini-lah pusatnya Curug. Curug adalah sebutan air terjun di Bogor. Sepanjang jalan kita akan selalu melihat penanda masuk ke berbagai Curug, diantaranya Curug Nangka, Curug Seribu, Curug Cigamea, Curug Ngumpet dan Curug Cihurang. Kami sempat mampir ke Curug Ngumpet yang tempatnya asyik buat ngobrol karena agak landai. Lebih asyik lagi kalau kesini bawa bekal, karena hampir tidak ditemui pedagang makanan disini. Yah, bagus sih… Itung-itung untuk menjaga kebersihan alamnya.
Di areal Gunung Salak (sering disebug Gunung Salak Endah) ada tiga jenis spot yang bagus yaitu berbagai curug, hutan pinus dan Kawah Ratu, Namun jika ingin ke kawah Ratu kita harus siap disana pukul 07.00 pagi. Butuh waktu sekitar 3 jam untuk jalan kaki menuju kawah. Selain harus pagi-pagi banget tentu butuh fisik yang kuat. Spot paling cihuy untuk berfoto adalah Hutan Pinus. Kami menemukan beberapa pasangan yang sepertinya sedang melakukan foto prewedding disini. Hemm…kayaknya sih masih gratis ya.. Bandingkan kalau berfoto yang sama di Kebun Raya Bogor kita diharuskan membayar cukup mahal. Untuk masuk kawasan wisata ini, dikenakan tarif yang wajar, saya bersama dua orang teman dan satu mobil dikenakana Rp30.000,-. Lumayan murah kan?
Sambil mengunyah tahu goreng dan membiarkan teman saya menjadi supir, saya menikmati pemandangan padi yang menguning dan sisa-sisa panen yang indah. Jalan yang meliuk-liuk dengan sesekali terlihat pemandangan kota Bogor membuat perjalanan ini terasa beda.’ Kalau biasanya nuansa pegunungan selalu identik dengan Puncak ternyata disini ada yang lebih kental suasana pedesaannya dan bisa ditempuh sekitar satu jam saja dari Bogor. Bandingkan dengan puncak yang sudah makin penuh dengan villa serta toko-toko modern. Disini memang sudah ada beberapa villa yang disewakan, penginapan dan hotel pun mulai bermunculan. Hmmm..belajar dari Puncak yang makin banyak kehilangan pohon dan hobi mengirim air ke Jakarta, semoga daerah ini lebih diawasi pembangunannya.
Pengen juga kapan-kapan wisata di daerah kaki gunung salak ini, view pemandangan oke banget.
uhuy,,. supirnya siapa? pasti orang Aceh ya?
eh kenapa tidak dijelaskan siapa yg supirin dan foto itu??
hahahaha semoga kali ini jadi dan ga lama-lama lagi, amiiin!!!