Dua hari menjelang idul fitri & on MY BIRTHDAY, aku masih menghadapi meja kerjaku di Aceh sementara hampir semua teman-temanku satu persatu mulai tereliminasi dari Aceh alias mudik duluan. Duh,, kebawa suasana rasanya..pengen mudik juga cepet-cepet. Tapi apa daya emang baru bisanya besok.. 🙁
Kangen dengan suasana Bogor,..kamar hejo-ku, suara bising anak2 tetangga dan penjaja keliling yg menawarkan sejuta barang dan jasa. Ah, jadi inget, setahun atau dua tahun yang lalu. Waktu masih di swa tiap lebaran kita dapet bejibun bingkisan lebaran yang sebagian besar kebutuhan pokok yg gak mungkin aku konsumsi sendiri. Terpikir buat memberi ke pedagang dan penjaja jasa keliling. Ada tukang sol sepatu, tukang sampah, tukang sayur tua langgananku.. Rasanya terharu banget, ketika mereka menerima dengan mata berbinar hadiah yang tidak seberapa itu.
Ternyata memberi itu anugerah terindah.
Aku sadari, terkadang aku suka terlena dengan hingar bingar kehidupan kota yg terkesan menghambur-hamburkan uang. Bukan lupa untuk bersedekah, tapi kok suka timbul perasaan bersalah mengeluarkan uang yang sebenernya gak penting-penting amat tapi di sekitar kita masih banyak yang berjuang untuk hidup yang semakin berat ini. Tuhan,..kalo aku dikasi kuasa untuk bisa membantu mereka meski sedikit, alangkah indahnya anugerah itu.
Sampai di Aceh, ..Alhamdullillah sepertinya hidupku jadi lebih baik, lebih teratur dan gak stress. Jauh dari dunia hura hura, yg ada hanya kerja & kerja. Bersyukur karena aku masih sangat beruntung dibanding sekian banyak orang-orang disekitarku yg terus berjuang untuk hidup. Bersyukur ketemu lingkungan yang nyaman, teman-teman yg sangat baik dan hal-hal lain yang membuatku semakin yakin kalo apapun masalahnya Allah pasti ngasih jalan asal kita minta.
Di kantor ada seorang tukang kebun, orangnya masih muda, berkacamata dan penampilannya cukup bersih. Keliatannya dia rajin, hari-hari terakhir kerja masih keliatan merawat taman. Gak tau, aku kayaknya gampang banget terharu melihat orang-orang “biasa” tapi sangat berdedikasi buat kerjaannya. Aku gak yakin banyak orang kantor yg tau namanya. Tapi waktu ruanganku beres2 kemarin, iseng aku tanya; “bang, namanya siapa?” ; “Darmawan”, katanya dengan tersenyum. Setumpuk kertas kertas bekas yg bisa dijual kiloan aku hibahkan ke dia. Sedekah kecil yang sangat tidak berarti. Tapi tadi malem entah kenapa aku berniat untuk memberi sedikit uang, itung-itung buat tambahan buka puasa dia. Niat aku aku laksanakan tadi pagi, dan dia menjawab ” Alhamdulillah, terima kasih ya mbak..”
Duh…memberi ternyata indah.. Memberi ternyata anugerah..
Terima kasih, Tuhan. Semoga masih ada jalan-jalan kecil lain yang bisa membuatku masih tetap bisa memberi, meskipun itu kecil dan tidak berarti.
Hits: 329