Sebelum bekerja di tempat yang sekarang, saya belum tahu bahwa sebenarnya negara ini punya enam istana kepresidenan. Ya, ada enam yang artinya pengelolaan dan perawatan istana-istana tersebut dilakukan oleh negara. Pertama dan kedua tentu saja Istana Merdeka dan Istana Negara yang berada dalam satu kompleks di Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Kedua, Istana Bogor di Bogor, ketiga Istana Cipanas di Cianjur Jawa Barat. Satu lagi ada di Bali, Istana Tampak Siring dan terakhir Istana Kepresidenan Yogyakarta yang lebih sering disebut Gedung Agung. Posisi istana ini tepat di ujung tusuk sate Jalan Malioboro yang menjadi pusat keramaian kota Yogya. Hanya selemparan batu dari jalan maskot Kota Yogya.
Beruntung banget, tahun lalu saya sempat berlama-lama di Istana Yogya sebagai panitia semua acara nasional yang diadakan kantor saya. Pekerjaan kami memang heboh dan repot, tapi saya sempatkan menikmati gedung bersejarah ini.
Konon istana ini sudah berdiri sejak 1823 sebagai kediaman seorang pimpinan Belanda. Meski sempat beberapa kali direnovasi, Gedung Agung tidak melupakan asal muasalnya sebagai saksi sejarah. Darah Eropa abad 17-19 sudah berpadu dengan ornamen khas Jawa dan bau bau mistisnya terasa sangat kental. Memang Gedung Agung tidak memiliki pergola besar seperti Istana Negara di Jakarta, tapi justru kesan mungilnya membuat istana ini istimewa. Meski tidak seluas Istana di Jakarta dan Bogor tetap saja, namanya istana. Kesan mewah, elegan dan berwibawa sangat kuat terasa. Bangga bisa mondar mandir disini selama acara berlangsung.
Gedung indah ini punya tiga ruang besar utama. Pertama adalah ruang di Gedung Utama yang khusus digunakan oleh Presiden. Sekeliling ruang utama dihiasi foto enam Presiden Indonesia mulai dari Bung Karno hingga Pak SBY. Lucunya, di salah satu dinding kosong sejajar dengan foto Ibu Megawati justru ada foto Ibu Kartini (loh…?) Hehehe.. Saya mikirnya positif saja, mungkin space itu nanti akan digunakan untuk memajang foto Presiden kita yang ke-7. Siapa yaaa?!
Disini juga ada kamar tidur pribadi Presiden dan Wapres jika berada di Yogya lengkap dengan ruang kerjanya. Terharu dehhh.., saya bisa ikutan masuk ke ruang pribadi itu, tapi Bapak Kepala Istana (Kais) sangat mewanti-wanti agar foto-foto ruang pribadi tidak dipublikasikan. Siap pak!!
Ruang lain yang paling sering digunakan untuk acara-acara nasional adalah Ruang Seni Sono dan Ruang Kesenian. Saya kurang paham juga sebenernya bedanya apa, namun kedua ruang tersebut seperti ruang rapat besar dengan panggung yang kuno yang sangat eksotis. Dulu, di jaman Belanda dua ruangan tersebut memang sering digunakan untuk pagelaran kesenian masyarakat Yogya. Bahkan di Ruang Kesenian masih ada beberapa gamelan tua dan perlengkapannya. Ruang Kesenian ini tersambung dengan ruang makan utama. Wah, kalau lewat sini siang-siang sendirian, bulu kuduk bisa ikutan merinding. Apalagi gorden yang membatasinya tipis, tranpasran dan mudah tertiup angin. Hiii…
Untuk menampung tamu-tamu, Gedung Agung dilengkapi dengan sekitar 20-an kamar. Kamar-kamar ini juga sebagian besar peninggalan Belanda. Saya dan teman-teman sebenarnya mendapat kesempatan bermalam disini. Beberapa teman sih, dengan senang hati menerima tawaran ini, karena sekalian uji nyali katanya.. Hehehe.. Saya, sumpah masih takut…dan lebih memilih tidur di hotel di daerah Malioboro. Takut ketemu Noni Belanda.. Saya cuma sempat (eh..berani) leyeh leyeh siang di salah satu kamar (tapi tetep gak sendirian sih…). Hehehe..
Perabot kamar seluruhnya terbuat dari kayu jati yang sudah berumur puluhan tahun dan sungguh menguatkan kesan “spooky”. Ukiran-ukiran antik menghiasi warna cokelat tua yg mendominasi. AC Kamar juga masih dari model keluaran lama. Namun jangan tanya soal perawatannya, nyaris tidak setitik debu pun saya temui disini. Sangat bersih dan terawat ala hotel bintang 5.
Halaman Gedung Agung sangat luas, terawat dan rapih. Di beberapa sudut masih terlihat arca peninggalan candi (saya gak tau candi apa). Ada juga satu bagian kolam renang, namun sepertinya sudah tidak digunakan lagi. Sultan Yogya masih rutin menggunakan halaman gedung ini setiap tanggal 17 Agustus. Selebihnya, hanya acara-acara yang dihadiri Presiden dan Wakil Presiden-lah, Gedung ini digunakan.
Sayangnya, Gedung Agung setahu saya jarang dibuka buat umum. Tapi jangan kecewa dulu, kalau berkunjung ke Yogya, bisa kok foto-foto dari depan pagar-nya. Lumayan lah… Abis itu kita shopping deh di Malioboro., hehehe..
Ini istana yang didekat nol kilometer yogyakarta itu ya? Kok bisa masuk sih :O kayaknya selalu tertutup itu~
Iya, aku juga gak tau gimana caranya umum bisa masuk. Kebeneran aja, pas gw atas nama kantor…jadi bisa masuk. Hahaha..