Putus cinta itu biasa, sakit hati itu biasa, kecewa itu biasa. Yang tidak biasa adalah kalau didalamnya ada perlakuan penghinaan yang menjurus ke abuse.
Kali ini saya ingin menulis topik yang agak serius. Kekerasan pada perempuan. Weitss, jangan berpikir saya mendadak sudah jadi ahli gender atau malah feminis ya, ini jadi semacam bahan alert saja buat kita perempuan bahwa ada porsi-porsi hal-hal atau “perlakuan menyakitkan” yang biasa kita terima sebenernya sudah masuk kategori women abuse. Bahwa pelecehan itu tidak hanya fisik, tetapi juga ada yang sifatnya verbal. Oke, chek this out, girl!
Dari hasil googling, saya mendapatkan beberapa terminologi tentang topik ini. Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perempuan pasal 1, 1983 menyebutkan women abuse adalah; Segala bentuk kekerasan berbasis jender yang berakibat atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan ; termasuk ancaman dari tindakan tsb, pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi. Literatur lain menyebutkan kekerasan pada perempuan sebenarnya terdiri dari beberapa bentuk yaitu; Physical abuse, emotional or psychological abuse, Sexual abuse, Economic or financial abuse dan Spiritual abuse.
Oke, karena ini bukan diktat kuliah, gw mau bicara yang kedua aja dari sekian kategori di atas, yaitu emotional or psychological abuse khusunya yang terkait dengan verbal abuse.
Siapa yang tidak pernah disakiti? Siapa yang tidak pernah kecewa dan dikecewakan? Apalagi soal cinta.. Hemm, nggak hidup namanya kalau gak pernah disakiti, entah itu oleh pasangan (suami atau pacar) atau bisa jadi adanya perlakukan tidak menyenangkan dari orang-orang lain di sekitar kita.
Khusus untuk orang yang kita sayangi tanpa sadar sebenarnya kita sering sekali mengalami yang namanya “abuse” dari level kecil hingga level tinggi. Sering sekali timbul kata-kata yang dasarnya menghina, merendahkan atau menyudutkan perempuan yang kemudian atas nama cinta semua itu kita tolerir dan dianggap biasa. Lebih buruknya lagi, hampir semua laki-laki yang melakukan itu, sering tidak menyadari kalau perlakukan mereka itu sebenernya sudah masuk kategori verbal abuse. Akibatnya tindakan yang sama terus saja berlangsung dan terus saja dimaklumi dan dimaafkan.
Contohnya gimana sih?
Gini, kalo ada laki-laki yang sudah menyinggung masalah fisik, usia, pengalaman masa lalu, derajat sosial, latar belakang keluarga dan sejenisnya untuk mengukuhkan eksitensi diri dia (lebih dari kita), pembenaran atas suatu kesalahan atau sebagai argumen dari sebuah peristiwa dan sejenisnya dengan kata-kata yang tidak sopan dan merendahkan, itu adalah abuse. Konkritnya seperti ada perkataan seolah-olah saya tidak pantas untuk sesuatu hal (baca: urusan percintaan) karena sesuatu hal menyangkut diri saya. Dan seterusnya, dan seterusnya…
Kata beberapa rujukan yang saya baca, reaksi yang emosional yang timbul biasanya: shock, rasa tidak percaya diri, marah, malu, menyalahkan diri sendiri, kacau, bingung bahkan sampai histeris. *hemmm,.. I think I’d been there :D* Ungkapan kata-kata lebih kejam dari pedang mungkin pantas buat topik ini. Tidak selalu kekerasan itu menyangkut fisik, mental yang dirusak itu lebih parah akibatnya dari sekedar luka fisik .
Namun dari sisi lain, perempuan juga harus bisa mengintrospeksi BISA jadi abuse itu asal muasalnya karena sikap kita sendiri. Namun apapun masalahnya, laki-laki yang baik, dewasa dan bertanggung jawab juga seharusnya “ngomong pake mikir”, berpikir jauh dan ke depan, bukan hanya meluapkan emosi dan mengeluarkan kata-kata tidak pantas.
Sayangnya, fakta menyebutkan pelaku abuse ini tidak memandang level pendidikan dan strata sosial, tindakan abuse sepertinya berakar dari karakter dan tingkat kedewasaan dan emosi psikologis pelaku. Parahnya, reaksi dan proses penyembuhan perempuan yang di-abuse pun bisa berbeda-beda tergantung bagaimana si perempuan menyikapi dan berpikir akan hal tersebut. Tidak sedikit perempuan yang mengalami verbal abuse mengalami trauma berkepanjangan ibarat luka, sembuhnya sangat sulit.
Jika sudah ada di level yang membahayakan, sebaiknya perempuan juga tidak berdiam diri. Semua perempuan, terlahir cantik dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang berhak untuk menghakimi semua itu.
sangat setujuh lah sayah!! if you just can’t prevent your self from call/sms/chat abuse, so let phone blocking application do it for you
[…] pernah mengalami kekerasan verbal dari seseorang, sekarang saya sudah memaafkan dia. Meskipun masih ada kengerian yang besar kalau itu terjadi […]
[…] sudahlah. Pasti ada hikmahnya entah besar atau kecil yang ketahuannya juga entah kapan. Sedikit trauma di kejiwaan saya, tapi sepertinya saya tidak punya alasan untuk berlama-lama di masa lalu. Memang tidak ada ilmu […]